Rabu, 15 Februari 2017

Makalah_farmakologi_antimalaria

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Malaria dapat ditemui hampir diseluruh dunia, terutama di Negara beriklim tropis dan subtropis. Setiap tahunnya ditemukan 300-500 juta kasus malaria yang mengakibatkan 1,5 sampai 2,7 juta kematian terutama di benua Afrika.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium.  Plasmodium Protista Eukariotik yang ditularkan oleh nyamuk adalah penyebab utama dari Penyakit Malaria. Di dalam tubuh manusia parasit ini bersembunyi dan berkembang biak di dalam hati (liver) kemudian menginfeksi sel darah merah sehingga menyebabkan gejala seperti demam dan sakit kepala, yang mana pada kasus yang parah akan megarah ke koma(tidak sarkan diri) dan kematian. Diperkirakan pada tahun 2009 dari 225 juta kasus malaria di seluruh dunia
781.000 ribu diantaranya berakhir dengan kematian.Nyamuk dengan Plasmodium ini tersebar luas di belahan dunia khususnya daerah tropis dan sub-tropis seperti sebagian besar daerah Asia (khususnya Asia Tenggara), Amerika (khususnya Amerika Selatan) dan Sub-Sahara Afrika.
Ada empat jenis plasmodium yaitu plasmodium vivax, plasmadium ovale, malariae plasmodium dan plasmodium falciparum yang menyebabkan penyakit malaria. Khusus untuk plasmodium falciparum sering menjurus kepada sakit malaria berat yang sangat sering menyebabkan kematian (pada tahun 2010 diperkirakan 90% angka kematian akibat malaria terjadi di Sub-Sahara Afrika dimana plasmodium falciparum bertanggung jawab atas sebagian besar kasus malaria yang terjadi), sedangkan tiga jenis plasmodium lainnya adalah penyakit ringan yang sangat jarang menjurus pada Penyakit Malaria akut. Selain itu adapula plasmodium knowlesi yang umumnya menyebabkan malaria pada spesies hewan kera tetapi dapat juga menginfeksi manusia walaupun sangat kecil kemungkinannya.
Diperkirakan oleh para ahli selama lebih dari 50.000 tahun manusia telah diinfeksi oleh Penyakit malaria. Menurut rekaman sejarah demam periodik penyakit malaria telah ditemukan pada tahun 2700 SM di China dan kekaisaran
Romawi, dan  rekaman sejarah abad 19 mencatat bahwa pada perang pasifik diperkirakan sekitar 500.000 tentara AS terinfeksi,  dimana 60.000 diantaranya terbunuh karenanya.
Parasit malaria yang ditemukan pada jenis hewan mamalia orang utan dan gorila sangat mirip dengan parasit malaria yang ditemukan pada manusia. Diperkirakan berdasarkan bukti-bukti terkini bahwa penyakit malaria pada manusia mungkin berasal dari gorila. Kata Malaria berasal dari bahasa Italia “Mala Aria” yang berarti “bad air” atau dalam bahasa Indonesia “udara buruk”. Penyakit ini pernah juga disebut penyakit demam rawa. Penyakit malaria pernah mewabah di Eropa dan Amerika Utara walaupun saat ini penyakit ini semakin jarang ditemukan di belahan dunia tersebut, dikarenakan oleh perubahan geografi yang telah menyingkirkan rawa rawa tempat sebagian besar nyamuk penyebar malaria tinggal dan berkembang biak.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembagian Jenis Malaria
2.1.1. Malaria Tropikana
          Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin). Menurut Harijanto (2000) penyabab malaria tropika adalah plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada pula yang bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar (Slamet, 2002).
Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
Ø  Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah
Ø  Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
Ø  Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit manusia (menghisap darah).
Ø  Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
Ø  Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48 derajat
Ø  Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu
Ø  Lebih senang hidup di daerah rawa
Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang sehat yang digigit nyamuk tersebut.
Jenis-jenis vector (perantara) malaria yaitu:
§  Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara di derah pantai
§  Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan
§  Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkembunan, kehutanan dan pegunungan.
§  Penularan yang lain melalui tranfusi darah, namun kemungkinannya sangat kecil.

2.1.2. Malaria Tersiana
       Disebabkan oleh plasmodium vivax (ovale). Ciri-cirinya demam berkala 3 hari sekali dengan puncak setelah 48 jam. Gejala lainnya berupa nyeri kepala dan punggung, mual, pembesaran limfe. Tidak bersifat kematian, meskipun tanpa pengobatan sering kali kambuh kembali berhubung adanya bentuk-EE sekunder.

2.1.3. Malaria Kwartana
         Plasmodium malariae ini mengakibatkan demam berkala empat hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Gejalanya sama dengan tertiana, residif juga sering trejadi karena bentuk-EE sekunder.

2.1.4. Malaria Pernisiosa
         Disebabkan oleh plasmodium ovale. Malaria jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya di Afrika dan Pasifik Barat.



2.2. Siklus Hidup Parasit
            Pada umumnya semua jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang sama, yaitu sebagian didalam tubuh manusia (siklus aseksual) dan dalam tubuh anopheles (siklus seksual).
2.2.1.      Siklus aseksual
Dipecah dalam 2 bagian yaitu:
a.       Siklus hati
Penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan Sporozoit kedalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim dalam sel parenchym dalam hati. Nyamuk jantan tidak menyengat karena hanya hidup dari tumbuh-tumbuhan.
b.      Siklus darah (siklus eritrosit)
Dari hati sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang disini menjadi trofozoit. Dalam eritrosit terjadi pembelahan aseksual pula (schizogoni).

2.2.2.      Siklus seksual
Setelah beberapa siklus, sebagian morozoit dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk seksual betina dan jantan. Gametosit ini tidak berkembang lagi dan akan mati bila dihisap oleh anopheles betina. Didalam lambung nyamuk terjadi penggabungan atau pembuahan dari gametosis jantan dan betina menjadi zigot, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dna berkmebang menjadi okista. Dalam waktu 3 minggu terjelma banyak sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk. Bila nyamuk (betina) ini menyengat manusia, lengkaplah siklus hidup parasit. Dengan ini jelaslah bahwa gametosit merupakan sumber penularan baru.

2.3.      Obat-obat malaria
Obat tertua untuk mengobati demam malaria adalah kulit pohon kina (Cinchona rubra). Baru pada tahun 1932 ditemukan obat yang sama khasiatnya, yaitu mepakrin yang terutama digunakan selama perang dunia ke dua sewaktu tentara sekutu tidak menerima kinin dari Indonesia. Pada tahun 1944 ditemukan kloroquin yang lebih ringan efek samping dan lebih cepat efek kuratifnya menggantikan mepatrin yang agak toksik. Pada tahun 1946 diintroduksi proguanil yang tidak hanya efektif terhadap bentuk darah (tropozoit) tapi juga terhadap bentuk hati. Dengan demikian proguanil dan primaquin sangat ambuh sebagai obat pencegah malaria. Kemudian dipasarkan pula derivate kloroquinon, amodiaquin (1950), pirimetamin (1952), meflouin (1981), dan halofantrin (1985).
2.3.1.      Penggolongan Obat Malaria
Berdasarkan titik kerjanya dalam tubuh, obat malaria dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.       Obat schizontisid darah: obat-obatnya adalah kinin, klorokuin, halofantrin, meflokuin, pirimetamin dan sulfadoksin, atovakuon + proguanil dan artemer. Berkhasiat mematikan bentuk darah (schizont) dan digunakan pada serangan demam, juga untuk pencegahan (kecuali halofantrin). Senyawa ini tidak menghalangi infeksi eritrosit, namun menekantimbulnya gejala klinis.
b.      Obat schizontisid hati: obat-obatnya adalah: proguanil, primakuin, dan doksisiklin. Khusus digunakan sebagai profilaksis kausal, karena memusnahkan bentuk EE (hipnozoit dan merozoit) dalam sel parenchyma hati. Obat ini menghindari penetrasi ke dalam eritrosit dan demikian menghalangi serangan.

2.3.2.      Contoh-contoh obat malaria
a.       Kinin
Kinin adalah alkaloida utama dari kulit pohon kina yang berasal dari Amerika Selatan.kinin bekerja sebagai schizontisid darah kuat dan mematikan trifozoid dalam eritrosit. Zat ini juga aktif aktif terhadap gametosit vivax dan malariae. Oleh karena itu kini digunakan sebagai kurativum dan supervisum, terutama pada malaria tropika yang resisten untuk klorokuin dan meflokuin. Kombinasinya dengan primakuin efektif untuk menyembuhkan secara radikal malaria tersiana dan kuartana yang sering kambuh pada serangan malaria tropikana yang mengancam jiwa diberikan injeksi i.v.

b.      Klorquin: nivaquin, resochin, avloclor.
Senyawa 4-aminokunilon ini bekerja kuat dan cepat. Khasiat schizontisidnya terhadap bentuk darah (trofozoid) dari semua jenis malaria. Klorkuin merupakan obat pilihan pertama sebagai kurativum. Efek sampingnya lebih ringan, selain itu kloroquin juga berkhasiat antiamoeba (amebisid) dan anti radang karena itu obat ini juga dipakai pada infeksi ameba dan dahulu digunakan sebagai obat rematik.
c.       Mefloquin: lariam
Senyawa 4-kinolon sintesis ini berkhasiat skizontisida darah dari semua plasmodium. Senyawa ini digunakan terhadap malaria yang resisten florokuin dan kinin, juga sebagai obat profilaksis.
d.      Primakuin (F.I)
Senyawa 8-aminokinolin ini merupakan obat satu-satunya yang berkhasiat mematikan bentuk EE sekunder dari P. vivax/ovale dan dengan demikian dapat menghasilkan penyembuhan radikal.
e.       Proguanil: kloroguanida: HCl, paludrine
Derivate biguanida ini adalah antagonis folat yang berkhasiat mematikan bentuk EE primer P. falciparum, tetapi terhadap P. vivax tidak begitu efektif.
f.       Primethamin: daraprim
Derivate pirimidin ini memiliki rumus yang berkaitan dengan biguanida dan proguanil. Sebagai antagonis-folat kegiatannya lebih kurang sama, tetapi jauh lebih kuat. Berkat daya gametosidnya pirimetamin juga digunakan pada pemberantasan malaria tersiana dan kwartana didaerah endemis untuk menghentikan penularan ke nyamuk. Obat ini tidak aktif terhadap gametosit falciparum, maka harus digunakan primakuin.
g.      Halofantrin: halfan
Senyawa fenantrenaminoalkohol ini berkhasiat schizontisid darah kuat terhadap semua plasmoida , termasuk P. falciparum multiresisten. Tidak memiliki daya kerja gametosid atau schizontisid hati, sehingga tidak efektif terhadap bentuk EE. Halofantrin terutama digunakan untuk pengobatan malaria yang diakibatkan oleh P. palcivarum, yang resisten terhadap obat malaria lainnya. Kerjanya agak cepat dan efektif. Semua parasit keluar dalam waktu 50-60 jam. Tidak cocok untuk profilaksis.
h.      Artemeter
Senyawa benzodioksepin ini adalah derivate semi-sintesis dari artemisin yang terkandung dalam tumbuhan China qinghaosu.

2.4.      Mekanisme Kerja Obat Malaria
Klorquin mencegah dimakannya hemoglobin oleh parasit sehingga timbul kekurangan asam amino esensial untuk sintesis DNA-nya. Mefloquin sama mekanisme kerjanya dengan klorquin. Proguanil  dan pirimetamin adalah antagonis folat yang merintangi enzim yang merubah asam folat menjadi asam folinat sehingga sintesis DNA dan RNA plasmodium terganggu. Primaquin juga dapat mengikat DNA dalam tubuh nyamuk merombak menjadi asam yang bersifat oksidan dan lebih aktif terhadap parasit.

2.5.      Efek Samping Obat Malaria
Pada umumnya penderita diberi analgetika dan antipiretika, seperti asetosal dan paracetamol. Untuk menanggulangi dehidrasi dan shock dapat diberi cairan dalam bentuk infuse peroral. Malaria tersiana atau kwartana biasanya ditanggulangi dengan kloroquin yang kerjanya cepat (2-4 hari). P. vivax yang resisten terhadap kloroquin perlu ditangani dengan mefloquin single dosis 500 mg p.c (4) atau kuinin maksimum 3 dd 600 mg selama 4-7 hari. Tetapi selalu disusul dengan pramaquin (15 mg/hari selama 14 hari). Untuk mematikan bentuk EE. Bila terdapat mual dan muntah perlu diberikan kini secara intravena. Malaria tropika harus dimulai dengan kinin secara parental kemudian disusul dengan pemberian oral.

2.6.      Interaksi Malaria yang Dapat Terjadi
1.      Tidak boleh diberikan bersama fenilbutazon.
2.      Pemberian bersama primakuin dapat meningkatkan toksisitasnya.
3.      Kaolin (obat antidiare) dan antasida tidak boleh diberikan bersamaan sebelum 4 jam setelah pemberian obat ini.




























DAFTAR PUSTAKA

Harijanto A, 2000. Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Pengobatan. EGC, Jakarta.
Rahardja Kirana, dkk, 2007. Obat-Obat Penting. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Kompas, Gramedia, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar