BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit malaria sampai saat ini
masih menjadi masalah kesehatan dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi.
Malaria dapat ditemui hampir diseluruh dunia, terutama di Negara beriklim
tropis dan subtropis. Setiap tahunnya ditemukan 300-500 juta kasus malaria yang
mengakibatkan 1,5 sampai 2,7 juta kematian terutama di benua Afrika.
Malaria adalah
penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Plasmodium
Protista Eukariotik yang ditularkan oleh nyamuk adalah penyebab utama dari
Penyakit Malaria. Di dalam tubuh manusia parasit ini bersembunyi dan berkembang
biak di dalam hati (liver) kemudian menginfeksi sel darah merah sehingga
menyebabkan gejala seperti demam dan sakit kepala, yang mana pada kasus
yang parah akan megarah ke koma(tidak sarkan diri) dan kematian. Diperkirakan
pada tahun 2009 dari 225 juta kasus malaria di seluruh dunia
781.000 ribu diantaranya berakhir dengan kematian.Nyamuk dengan Plasmodium ini tersebar luas di belahan dunia khususnya daerah tropis dan sub-tropis seperti sebagian besar daerah Asia (khususnya Asia Tenggara), Amerika (khususnya Amerika Selatan) dan Sub-Sahara Afrika.
781.000 ribu diantaranya berakhir dengan kematian.Nyamuk dengan Plasmodium ini tersebar luas di belahan dunia khususnya daerah tropis dan sub-tropis seperti sebagian besar daerah Asia (khususnya Asia Tenggara), Amerika (khususnya Amerika Selatan) dan Sub-Sahara Afrika.
Ada empat jenis plasmodium yaitu plasmodium vivax, plasmadium
ovale, malariae plasmodium dan plasmodium falciparum yang menyebabkan
penyakit malaria. Khusus untuk plasmodium falciparum sering menjurus kepada
sakit malaria berat yang sangat sering menyebabkan kematian (pada tahun 2010
diperkirakan 90% angka kematian akibat malaria terjadi di Sub-Sahara Afrika
dimana plasmodium falciparum bertanggung jawab atas sebagian besar kasus
malaria yang terjadi), sedangkan tiga jenis plasmodium lainnya adalah penyakit
ringan yang sangat jarang menjurus pada Penyakit Malaria akut. Selain itu
adapula plasmodium knowlesi yang umumnya menyebabkan malaria pada spesies hewan
kera tetapi dapat juga menginfeksi manusia walaupun sangat kecil
kemungkinannya.
Diperkirakan oleh para ahli selama lebih dari 50.000 tahun
manusia telah diinfeksi oleh Penyakit malaria. Menurut rekaman sejarah demam
periodik penyakit malaria telah ditemukan pada tahun 2700 SM di China dan
kekaisaran
Romawi, dan rekaman sejarah abad 19 mencatat bahwa pada perang pasifik diperkirakan sekitar 500.000 tentara AS terinfeksi, dimana 60.000 diantaranya terbunuh karenanya.
Romawi, dan rekaman sejarah abad 19 mencatat bahwa pada perang pasifik diperkirakan sekitar 500.000 tentara AS terinfeksi, dimana 60.000 diantaranya terbunuh karenanya.
Parasit malaria yang ditemukan pada jenis hewan mamalia
orang utan dan gorila sangat mirip dengan parasit malaria yang ditemukan pada
manusia. Diperkirakan berdasarkan bukti-bukti terkini bahwa penyakit malaria
pada manusia mungkin berasal dari gorila. Kata Malaria berasal dari bahasa
Italia “Mala Aria” yang berarti “bad air” atau dalam bahasa Indonesia “udara
buruk”. Penyakit ini pernah juga disebut penyakit demam rawa. Penyakit malaria
pernah mewabah di Eropa dan Amerika Utara walaupun saat ini penyakit ini
semakin jarang ditemukan di belahan dunia tersebut, dikarenakan oleh perubahan
geografi yang telah menyingkirkan rawa rawa tempat sebagian besar nyamuk
penyebar malaria tinggal dan berkembang biak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembagian Jenis Malaria
2.1.1. Malaria Tropikana
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk
yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali,
parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari.
Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium
falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3
diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (Double Chromatin). Menurut Harijanto (2000) penyabab malaria
tropika adalah plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan
mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan
menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
Menurut
Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina
Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang
terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah
ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Sarang
nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada pula yang
bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar (Slamet, 2002).
Karakteristik
nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
Ø Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di
dataran rendah
Ø Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
Ø Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang
mengigit manusia (menghisap darah).
Ø Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
Ø Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas
dengan sudut 48 derajat
Ø Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu
Ø Lebih senang hidup di daerah rawa
Penularan
penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar
melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat
terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan
kembali kepada orang sehat yang digigit nyamuk tersebut.
Jenis-jenis vector
(perantara) malaria yaitu:
§ Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara di derah pantai
§ Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah
persawahan
§ Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah
perkembunan, kehutanan dan pegunungan.
§ Penularan yang lain melalui tranfusi darah, namun
kemungkinannya sangat kecil.
2.1.2. Malaria Tersiana
Disebabkan oleh
plasmodium vivax (ovale). Ciri-cirinya demam berkala 3 hari sekali dengan puncak
setelah 48 jam. Gejala lainnya berupa nyeri kepala dan punggung, mual,
pembesaran limfe. Tidak bersifat kematian, meskipun tanpa pengobatan sering
kali kambuh kembali berhubung adanya bentuk-EE sekunder.
2.1.3. Malaria Kwartana
Plasmodium
malariae ini mengakibatkan demam berkala empat hari sekali dengan puncak demam
setiap 72 jam. Gejalanya sama dengan tertiana, residif juga sering trejadi
karena bentuk-EE sekunder.
2.1.4. Malaria Pernisiosa
Disebabkan
oleh plasmodium ovale. Malaria jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya di
Afrika dan Pasifik Barat.
2.2. Siklus Hidup Parasit
Pada umumnya semua jenis plasmodium
memiliki siklus hidup yang sama, yaitu sebagian didalam tubuh manusia (siklus
aseksual) dan dalam tubuh anopheles (siklus seksual).
2.2.1.
Siklus
aseksual
Dipecah
dalam 2 bagian yaitu:
a.
Siklus
hati
Penularan
terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit menyengat manusia dan dengan
ludahnya menyuntikkan Sporozoit kedalam peredaran darah yang untuk selanjutnya
bermukim dalam sel parenchym dalam hati. Nyamuk jantan tidak menyengat karena
hanya hidup dari tumbuh-tumbuhan.
b.
Siklus
darah (siklus eritrosit)
Dari
hati sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang disini
menjadi trofozoit. Dalam eritrosit terjadi pembelahan aseksual pula
(schizogoni).
2.2.2.
Siklus
seksual
Setelah
beberapa siklus, sebagian morozoit dalam eritrosit dapat berkembang menjadi
bentuk seksual betina dan jantan. Gametosit ini tidak berkembang lagi dan akan
mati bila dihisap oleh anopheles betina. Didalam lambung nyamuk terjadi
penggabungan atau pembuahan dari gametosis jantan dan betina menjadi zigot,
yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dna berkmebang menjadi okista. Dalam
waktu 3 minggu terjelma banyak sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah
nyamuk. Bila nyamuk (betina) ini menyengat manusia, lengkaplah siklus hidup
parasit. Dengan ini jelaslah bahwa gametosit merupakan sumber penularan baru.
2.3.
Obat-obat malaria
Obat tertua untuk
mengobati demam malaria adalah kulit pohon kina (Cinchona rubra). Baru pada tahun 1932 ditemukan obat yang sama
khasiatnya, yaitu mepakrin yang terutama digunakan selama perang dunia ke dua
sewaktu tentara sekutu tidak menerima kinin dari Indonesia. Pada tahun 1944
ditemukan kloroquin yang lebih ringan efek samping dan lebih cepat efek
kuratifnya menggantikan mepatrin yang agak toksik. Pada tahun 1946 diintroduksi
proguanil yang tidak hanya efektif terhadap bentuk darah (tropozoit) tapi juga
terhadap bentuk hati. Dengan demikian proguanil dan primaquin sangat ambuh sebagai
obat pencegah malaria. Kemudian dipasarkan pula derivate kloroquinon,
amodiaquin (1950), pirimetamin (1952), meflouin (1981), dan halofantrin (1985).
2.3.1.
Penggolongan
Obat Malaria
Berdasarkan
titik kerjanya dalam tubuh, obat malaria dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.
Obat
schizontisid darah: obat-obatnya adalah kinin, klorokuin, halofantrin,
meflokuin, pirimetamin dan sulfadoksin, atovakuon + proguanil dan artemer.
Berkhasiat mematikan bentuk darah (schizont) dan digunakan pada serangan demam,
juga untuk pencegahan (kecuali halofantrin). Senyawa ini tidak menghalangi
infeksi eritrosit, namun menekantimbulnya gejala klinis.
b.
Obat
schizontisid hati: obat-obatnya adalah: proguanil, primakuin, dan doksisiklin.
Khusus digunakan sebagai profilaksis kausal, karena memusnahkan bentuk EE
(hipnozoit dan merozoit) dalam sel parenchyma hati. Obat ini menghindari
penetrasi ke dalam eritrosit dan demikian menghalangi serangan.
2.3.2.
Contoh-contoh
obat malaria
a.
Kinin
Kinin
adalah alkaloida utama dari kulit pohon kina yang berasal dari Amerika
Selatan.kinin bekerja sebagai schizontisid darah kuat dan mematikan trifozoid
dalam eritrosit. Zat ini juga aktif aktif terhadap gametosit vivax dan
malariae. Oleh karena itu kini digunakan sebagai kurativum dan supervisum,
terutama pada malaria tropika yang resisten untuk klorokuin dan meflokuin.
Kombinasinya dengan primakuin efektif untuk menyembuhkan secara radikal malaria
tersiana dan kuartana yang sering kambuh pada serangan malaria tropikana yang
mengancam jiwa diberikan injeksi i.v.
b.
Klorquin:
nivaquin, resochin, avloclor.
Senyawa 4-aminokunilon ini bekerja kuat dan cepat. Khasiat
schizontisidnya terhadap bentuk darah (trofozoid) dari semua jenis malaria.
Klorkuin merupakan obat pilihan pertama sebagai kurativum. Efek sampingnya
lebih ringan, selain itu kloroquin juga berkhasiat antiamoeba (amebisid) dan
anti radang karena itu obat ini juga dipakai pada infeksi ameba dan dahulu
digunakan sebagai obat rematik.
c.
Mefloquin:
lariam
Senyawa 4-kinolon sintesis ini berkhasiat skizontisida darah
dari semua plasmodium. Senyawa ini digunakan terhadap malaria yang resisten
florokuin dan kinin, juga sebagai obat profilaksis.
d.
Primakuin
(F.I)
Senyawa
8-aminokinolin ini merupakan obat satu-satunya yang berkhasiat mematikan bentuk
EE sekunder dari P. vivax/ovale dan dengan demikian dapat menghasilkan
penyembuhan radikal.
e.
Proguanil:
kloroguanida: HCl, paludrine
Derivate
biguanida ini adalah antagonis folat yang berkhasiat mematikan bentuk EE primer
P. falciparum, tetapi terhadap P. vivax tidak begitu efektif.
f.
Primethamin:
daraprim
Derivate
pirimidin ini memiliki rumus yang berkaitan dengan biguanida dan proguanil.
Sebagai antagonis-folat kegiatannya lebih kurang sama, tetapi jauh lebih kuat.
Berkat daya gametosidnya pirimetamin juga digunakan pada pemberantasan malaria tersiana
dan kwartana didaerah endemis untuk menghentikan penularan ke nyamuk. Obat ini
tidak aktif terhadap gametosit falciparum, maka harus digunakan primakuin.
g.
Halofantrin:
halfan
Senyawa
fenantrenaminoalkohol ini berkhasiat schizontisid darah kuat terhadap semua plasmoida
, termasuk P. falciparum multiresisten. Tidak memiliki daya kerja gametosid
atau schizontisid hati, sehingga tidak efektif terhadap bentuk EE. Halofantrin
terutama digunakan untuk pengobatan malaria yang diakibatkan oleh P.
palcivarum, yang resisten terhadap obat malaria lainnya. Kerjanya agak cepat
dan efektif. Semua parasit keluar dalam waktu 50-60 jam. Tidak cocok untuk
profilaksis.
h.
Artemeter
Senyawa
benzodioksepin ini adalah derivate semi-sintesis dari artemisin yang terkandung
dalam tumbuhan China qinghaosu.
2.4.
Mekanisme Kerja Obat Malaria
Klorquin
mencegah dimakannya hemoglobin oleh parasit sehingga timbul kekurangan asam
amino esensial untuk sintesis DNA-nya. Mefloquin sama mekanisme kerjanya dengan
klorquin. Proguanil dan pirimetamin
adalah antagonis folat yang merintangi enzim yang merubah asam folat menjadi
asam folinat sehingga sintesis DNA dan RNA plasmodium terganggu. Primaquin juga
dapat mengikat DNA dalam tubuh nyamuk merombak menjadi asam yang bersifat
oksidan dan lebih aktif terhadap parasit.
2.5.
Efek Samping Obat Malaria
Pada
umumnya penderita diberi analgetika dan antipiretika, seperti asetosal dan
paracetamol. Untuk menanggulangi dehidrasi dan shock dapat diberi cairan dalam
bentuk infuse peroral. Malaria tersiana atau kwartana biasanya ditanggulangi
dengan kloroquin yang kerjanya cepat (2-4 hari). P. vivax yang resisten
terhadap kloroquin perlu ditangani dengan mefloquin single dosis 500 mg p.c (4)
atau kuinin maksimum 3 dd 600 mg selama 4-7 hari. Tetapi selalu disusul dengan
pramaquin (15 mg/hari selama 14 hari). Untuk mematikan bentuk EE. Bila terdapat
mual dan muntah perlu diberikan kini secara intravena. Malaria tropika harus
dimulai dengan kinin secara parental kemudian disusul dengan pemberian oral.
2.6.
Interaksi Malaria yang Dapat Terjadi
1.
Tidak
boleh diberikan bersama fenilbutazon.
2.
Pemberian
bersama primakuin dapat meningkatkan toksisitasnya.
3.
Kaolin
(obat antidiare) dan antasida tidak boleh diberikan bersamaan sebelum 4 jam
setelah pemberian obat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Harijanto A, 2000. Malaria, Epidemiologi, Patogenesis,
Manifestasi Klinis dan Pengobatan. EGC, Jakarta.
Rahardja Kirana, dkk, 2007. Obat-Obat Penting. PT. Elex
Media Komputindo Kelompok Kompas, Gramedia, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar