Kamis, 23 Maret 2017

LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN MALARIA DENGAN RDT (RAPID DIAGNOSTIC TES) SEDIAAN DARAH TIPIS DAN DARAH TEBAL



LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN MALARIA DENGAN RDT (RAPID DIAGNOSTIC TES) SEDIAAN DARAH TIPIS DAN DARAH TEBAL
                                                     



OLEH:
  
JULDI RIVAI
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN TERNATE
2016




BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Penyakit malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropics. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh plasmodium falciparum ( P. Falciparum). Plasmodium vivax ( P. Vivax), plasmodium ovale (P. Ovale), plasmodium Malariae ( P. Malariae) dan Palsmodium Knowlesi ( P. Knowlesi ). Parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak dilaporkan di Indonesia (Kemenkes, 2012). 
Penyakit malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang penyebarannya cukup luas di Indonesia terutama di daerah Indonesia bagian timur. Banyak factor yang menyebabkan terjadinya penularan penyakit malaria, antara lain pertumbuhan dan pengembangan wilaya sejalan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk; kepadatan penduduk dan kecenderungan migrasi penduduk dari daerah non edemis ke daerah edemis malaria untuk mencari pekerjaan dan penghidupan yang lebih layak; mengakibatkan rusaknya wilaya ekologi dan lingkungan sehingga menyebabkan timbulnya tempat perkrmbangbiakan nyamuk malaria
Kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang cepat pada penderita yang di duga menderita malaria merupakan tantangan untuk mendapatkan uji metode laboratorik yang tepat, cepat, sensitif, mudah dilakukan, serta ekonomis. Maka dari itu digunakan dengan RDT ( Rapid Diagnostcic Test ) yang memiliki hasil  yang akurat dalam mendiagnosis seseorang menderita malaria dan dengan mudah menetukan jenis plasmodium. Selain dengan menggunakan RDT dapat dilakukan dengan membuat sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis.  Berdasarkan hal di atas sehingga dilakukannya pemeriksaan laboratorium.

B.        Tujuan
1.         Tujuan umum
Untuk mngetahui berbagai jenis alat da bahan yang digunakan dalam praktikum malaria. 
2.         Tujuan khusus
1.  Untuk mengetahui cara mendeteksi dan mengidentifikasi parsit malaria serta menentukan spesies plasmodiun secara mikroskopis.
2.  Untuk mengetahui bentuk dari jenis plasmodium falciparum pada sampel preparet yang disediakan
3.  Untuk mengetahui pemeriksaan malaria dengan menggunakan sediaan darah tipis dan darah tebal

BAB II
LANDASAN TEORI

A.       Malaria
1.     Pengertian
Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dari manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh protozoa parasit (sekelompok mikroorganisme bersel tunggal) dalam tipe Plasmodium. Malaria menyebabkan gejala yang biasanya termasuk demam, kelelahan, muntah, dan sakit kepala. Dalam kasus yang parah dapat menyebabkan kulit kuning, kejang, koma, atau kematian. Gejala biasanya muncul sepuluh sampai lima belas hari setelah digigit. Jika tidak diobati, penyakit mungkin kambuh beberapa bulan kemudian.  Pada mereka yang baru selamat dari infeksi, infeksi ulang biasanya menyebabkan gejala ringan. resistensi parsial ini menghilang selama beberapa bulan hingga beberapa tahun jika orang tersebut tidak terpapar terus-menerus dengan malaria.
2.     Etiologi
Parasit malaria termasuk dalam genus Plasmodium (filum Apicomplexa). Pada manusia, malaria disebabkan oleh P. falciparum, P. malariae, P. ovale, P. vivax dan P. knowlesi. Di antara mereka yang terinfeksi, P. falciparum merupakan spesies yang paling umum diidentifikasi (~75%) diikuti oleh P. vivax (~20%). Meskipun P. falciparum secara tradisional menyumbang mayoritas kematian, bukti terbaru menunjukkan bahwa malaria P. vivax terkait dengan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa sekitar sesering dengan diagnosis infeksi P. falciparum. P. vivax secara proporsional lebih umum di luar Afrika. Telah didokumentasikan infeksi manusia oleh beberapa spesies Plasmodium dari kera yang lebih tinggi; namun, kecuali untuk P. knowlesi—spesies zoonotik yang menyebabkan malaria pada maka kebanyakan tidak begitu penting bagi kesehatan masyarakat. Pemanasan global kemungkinan akan mempengaruhi penyebaran malaria, namun tingkat keparahan dan distribusi geografis dari efek itu tidak pasti.
3.     Patofisiologi
Infeksi malaria berkembang melalui dua tahap: satu yang melibatkan hati (fase eksoeritrositik), dan satu yang melibatkan sel-sel darah merah, atau eritrosit (fase eritrositik). Ketika nyamuk yang terinfeksi menembus kulit seseorang untuk mengambil makan darah, sporozoit dalam air liur nyamuk memasuki aliran darah dan bermigrasi ke hati di mana mereka menginfeksi hepatosit, bereproduksi secara aseksual dan tanpa gejala untuk jangka waktu 8-30 hari.
Setelah masa dorman potensial dalam hati, organisme ini berdiferensiasi untuk menghasilkan ribuan merozoit, yang, setelah pecahnya sel inang mereka, melarikan diri ke dalam darah dan menginfeksi sel-sel darah merah untuk memulai tahap eritrositik dari siklus hidup. Parasit lolos dari hati tidak terdeteksi dengan membungkus dirinya dalam membran sel dari sel inang hati yang terinfeksi.
Dalam sel darah merah, parasit berkembang biak lebih lanjut, secara aseksual lagi, secara berkala keluar dari sel inang mereka untuk menyerang sel-sel darah merah segar. Beberapa siklus amplifikasi tersebut terjadi. Dengan demikian, deskripsi klasik gelombang demam timbul dari gelombang simultan merozoit melarikan diri dan menginfeksi sel-sel darah merah.
Beberapa sporozoit P. vivax tidak segera berkembang menjadi merozoit fase-eksoeritrositik, melainkan menghasilkan hipnozoit yang dorman untuk periode mulai dari beberapa bulan (7-10 bulan khas) sampai beberapa tahun. Setelah masa dormansi, mereka aktif kembali dan menghasilkan merozoit. Hipnozoit bertanggung jawab untuk inkubasi yang panjang dan relapse akhir infeksi P. vivax, meskipun keberadaannya di P. ovale tidak pasti.
Parasit ini relatif terlindungi dari serangan sistem kekebalan tubuh karena pada sebagian besar siklus hidup manusia parasit itu berada di dalam sel-sel hati dan darah dan relatif tidak terlihat bagi surveilans kekebalan tubuh. Namun, sel darah yang beredar yang terinfeksi hancur di limpa. Untuk menghindari nasib ini, parasit P. falciparum menampilkan protein perekat pada permukaan sel-sel darah yang terinfeksi, menyebabkan sel-sel darah menempel pada dinding pembuluh darah kecil, sehingga parasit tidak melalui sirkulasi umum dan limpa. Penyumbatan mikrovaskulatur menyebabkan gejala seperti malaria plasenta. Sel darah merah bisa menembus penghalang darah-otak dan menyebabkan malaria serebral.
4.     Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya serangan demam yang yang intermiten, anemia sekunder dan spenomegali. Penyakit ini cenderung untuk beralih dari keadaan akut ke keadaan menahun. Selama stadium akut terdapat masa demam yang intermiten. Selama stadium menahun berikutnya, terdapat masa laten yang diselingi oleh relaps beberapa kali. Relaps ini sangat mirip dengan serangan pertama.

Masa tunas dapat berbeda–beda, antara 9 sampai 40 hari, dan ini menggambarkan waktu antara gigitan nyamuk yang mengandung sporozoit dan permulaan gejala klinis. Selain itu, masa tunas infeksi P. vivax dapat lebih panjang dari 6 sampai 12 bulan atau lebih. Infeksi P. malariae dan P. ovale sampai bertahun – tahun. Karena itu di daerah beriklim dingin infeksi P. vivax yang didapati pada musim panas atau musim gugur, mungkin tidak menimbulkan penyakit akut sampai musim semi berikutnya. Malaria klinis dapat terjadi berbulan – bulan setelah obat – obatan supresif dihentikan. Serangan pertama pada malaria akut terdiri atas beberapa serangan dalam waktu 2 minggu atau lebih yang diikuti oleh masa laten yang panjang, dan diselingi oleh relaps pada malaria menahun. Serangan demam ini berhubungan dengan penghancuran sel darah merah yang progresif, badan menjadi lemah , dan limpa membesar. Tipe jinak biasanya disebabkan oleh P. vivax, P. malariae atau P. ovale. Tipe ganas terutama disebabkan oleh P. falcifarum.

Dalam periode prodromal yang berlangsung satu minggu atau lebih, yaitu bila jumlah parasit di dalam darah sedang bertambah selama permulaan siklus aseksual, tidak tampak manifestasi klinis yang dapat menentukan diagnosis. Gejala dapat berupa perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi. Demam tiap hari atau tidak teratur, mungkin sudah ada. Di daerah non-endemi diagnosis pertama seringkali ialah influenza. Serangan permulaan atau pertama sangat khas oleh karena adanya serangan demam intermiten yang berulang – ulang pada waktu berlainan : 48 jam untuk P. vivax, P. ovale, P falcifarum dan 72 jam untuk P. malariae. Waktu yang sebenarnya pada berbagai strain P. vivax berbeda – beda dari 43,6 jam sampai 45,1 jam. Serangan mulai dengan stadium dingin atau rigor yang berlangsung selama kurang lebih satu jam. Pada waktu itu penderita menggigil, walaupun suhu badannya lebih tinggi dari normal. Kemudian menyusul stadium panas yang berlangsung lebih lama dan kulit penderita manjadi kering serta panas, muka menjadi merah, suhu mencapai 39o – 41oC, nadi cepat dan penuh, kepala pusing, mual, kadang – kadang muntah, dan pada anak kecil timbul kejang – kejang. Kemudian penderita berkeringat banyak, suhu badan turun, sakit kepala hilang, dan dalam waktu beberapa jam penderita menjadi lelah. Serangan demam biasanya berlangsung 8 sampai 12 jam, dan pada infeksi P. falcifarum berlangsung lebih lama.

Serangan ini sering dianggap disebabkan oleh hemolisis sel darah merah atau disebabkan oleh syok karena adanya hemoglobin bebas atau adanya hasil metabolisme. Virulensi sering berhubungan dengan intensitas parasitemia.

Periodisitas serangan berhubungan dengan berakhirnya skizogoni, bilamana skizon matang kemudian pecah, merozoit bersama dengan pigmen dan benda residu keluar dari sel darah merah memasuki aliran darah. Ini sebenarnya merupakan suatu infeksi protein asing. Pada infeksi akut terdapat leukositosis sedang dangan granulositosis, tetapi dengan turunnya suhu badan maka timbul leukopenia dengan monositosis relatif dan limfositosis. Jumlah sel darah putih sebesar 3000 sampai 45.000 pernah dilaporkan. Pada permulaan infeksi dapat terjadi trombositopenia jelas, tetapi hal ini bersifat sementara.

Hanya pada beberapa penderita malaria tampak ada ikterus; hemoglobinuria hanya tampak bila kadar hemoglobin dalam plasma melampaui ambang ginjal. Pembesaran limpa akut terdapat pada kurang lebih seperempat jumlah penderita dengan malaria akut. Nyeri di kuadran kiri atas dan epigastrium mungkin disebabkan oleh meregangnya simpai limpa, atau infark kecil yang pecah, atau perdarahan dibawah simpai. Fungsi ginjal biasanya tidak terganggu pada penderita malaria biasa. Sebaliknya nefritis dengan oliguria, albuminuria hebat, torak noktah, sembab pada seluruh tubuh, protein darah berkurang, hipertensi sedang, hematuria yang dapat dilihat dengan mata biasa atau dengan mikroskop dapat terjadi dan dapat menyulitkan diagnosis malaria. Albumin terdapat pada dalam urin pada kurang lebih 2 persen penderita malaria akut. Kelainan pada mata yang hebat jarang ditemukan pada infeksi malaria, tetapi pada serangan akut komplikasi yang sering terjadi ialah sakit kepala dan sakit di sekitar mata, keratitis dendritika atau herpetika dengan gangguan berupa fotofobia dan lakrimasi. Pada infeksi P. falcifarum terdapat perdarahan, uveitis alergik dan sering terjadi herpes labialis.






5.     Pemeriksaan Penunjang
a.     Pemeriksaan Laboratorium
1.      Tetes darah tebal/tipis ditemukan parasit malaria dalam eritrosit.
2.      Pemeriksaanzserologis
Titer 1 : 64 pada indirect immunofluroscence
b.     Pemeriksaan khusus
1.      PCR (polymerase chain reaction)
2.      ELISA (Enzyme Linked Immonosorben Assay)
3.      Radiommunoassay (RIA)
c.      Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat
1.      Hb dan Ht
2.      hitung jumlah lekosit dan trombosit
3.      Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas darah
4.      EKG
5.      Foto toraks
6.      Analisa cairan cerebrospinal.
7.      Biakan darah dan uji serologi
8.      Urinalisis
9.      Darahzrutin
B.       Pemeriksaan Malaria
Pemeriksaan malaria adalah pemeriksaan laboraturium yang dapat memberikan informasi tentang parasit khususnya genus plasmodium sebagai penyebab penyakit malaria. Diagnosis malaria di tegakkan sesudah dilakukan wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria baru dapat ditegakkan jika pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau uji diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test = RDT). Jenis pemeriksaan untuk penegakan diagnosis malaria ada beberapa, namun hinga saat ini metode yang diangggap sebagai standar emas (gold standart) adalah menemukan parasit plasmodium dalam darah.   
C.       Pemeriksaan Dengan Rapid Diagnostic Test (RDT)
Pemeriksaan Tes Diagnostik Cepat dilakukan berdasar deteksi antigen parasit malaria dengan imunokromatografi dalam bentuk dipstic. Tes ini digunakan UGD (Unit Gawat Darurat), pada waktu terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) atau untuk memeriksa malaria di daerah terpencil yang tidak tersedia sarana laboratorium atau untuk melakukan survei tertentu.


Terdapat 2 jenis Rapid Diagnostic Test yaitu :
a.  Single Rapid Test : untuk mendeteksi hanya plasmodium Falciparum.
b.  Combo Rapid Test : untuk mendeteksi infeksi semua spesies plasmodium.
Rapid Diagnostic Test yang digunakan sebaiknya memiliki sensitivity lebih dari 95 % dan spesificity lebih dari 95 %.
Bahan rapid test harus di simpan di lemari es (refrigerator) bukan di freezer.
Rapid Test yang tersedia di pasaran adalah :
a.  HRP-2 (Histidine Rich Protein/2) yang dihasilkan oleh trofozoit, skizon dan gametosit muda plasmodium falciparum.
b.  p_LDH (Parasite Lactate Dehydrogenase) dan Aldolase yan diproduksi parasite bentuk seksual dan aseksual semua spesies plasmodium.
D.       Pemeriksaan Dengan Sediaan Darah Tebal Dan Darah Tipis
Terhadap sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk menentukan :
1.  Adanya parasit malaria
2.  Jenis spesies dan stadium parasit malaria
3.  Kepadatan parasit
i.    Semi Kuantitatif
Pemeriksaan kepadatan parasit semi kuantitatif menunjukkan nilai :
(-) Negatif : tidak ditemukan parasit pada 100 LPB ( lapangan pandang besar) .
(+) positif 1 : ditemukan 1-10 parasit per 100 LPB
(++) Positif 2 : ditemukan 11-100 parasit per 100 LPB
(+++) Positif 3 : ditemukan 1-10 per 1 LP
(++++) Positif 4 : ditemukan lebih dari 10 parasit per 1 LPB
ii.          Kuantitatif
Pemeriksaan kepadatan parasit kuantitatif dilakukan melalui pemeriksaan tetes tebal (per leukosit) atau sediaan darah tipis (per eritrosit)jumlah parasit dihitung per mikro liter darah.
Contoh 1
Pada pemeriksaan darah tebal ditemukan 1000 parasit per 200 leokosit.jika jumlah leukosit penderita 8.000/ µL,maka jumlah parasit = 8.000/, 200x1000=40.000 parasit per µL.

Contoh 2
Pada pemeriksaan darah penderita di temukan 100 parasit per 1000 eritrosit atau 10% jika jumlah eritrosit adalah 500.000,maka hitung parasit adalah 500.000/1000x100=50.000 parasit / µL. Pada pemeriksaan darah penderita tersangka malaria berat harus di perhatikan :
a)  Jika hasil pemeriksaan darah pertama negatif,darah harus di periksa ulang setiap 6 jam sampai 3 hari  berturut-turut.
b)  Jika pemeriksaan tetes tebal negatif selama 3 hari berturut-turut, maka diagnosis malaria baru disingkirkan.









BAB III
HASIL PRAKTIKUM

A.        Pemeriksaan Dengan RDT (Rapid Diagnostic Test)
1.  Tujuan
Untuk melakukan deteksi kualitatif cepat HRP2 ( histidine- rich protein 2) malaria (plasmodium falcifarum) dan pLDH (parasite lactate Dehydrogenase) (plasmodium falcifarum, plasmoduim vivax, plamodium ovale, dan plasmodium malariae) dalam darah manusia sebagai alat bantu dalam diagnosis infeksi malaria.

2.  Persiapan Alat
Alat :
a.      Paracheck plasmodium falcifarum (singgle) atau parascreen combo
b.      Loop

Bahan :
a.      Darah 3-4 tetes
b.      Lanset steril
c.      Alkohol 70 %
d.      Larutan buffer 3-5 tetes
3.  Prosedur kerja
I.       Tahap pra interaksi
1.      Membaca status pasien
2.      Melakukan verikasi order yang ada untuk pemeriksan
3.      Mencuci tangan
4.      Menyiapkan alat
II.      Tahap orientasi
1.      Memberikan salam, panggil pasien dengan panggilan yang disenangi
2.      Memperkenalkan nama pasien
3.      Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan dan keluarga
4.      Menjagakan privasi pasien
III.     Tahap kerja
1.      Memberikan kesempatan pada pasien dan keluarga unutk nbertanya sebelum tindakan dimulai
2.      Menggunakan sarung tangan
3.      Memeriksa silica gell dan tulis indentitas pasien
4.      Jari manis atau jari tengah penderita dibersihkan dengan kapas alkohol 70%
5.      Kemudian jari diseka kembali dengan kasa steril untuk membersihkan kemungkina adanya sisa alkohol dijari
6.      Menusuk jari manis atau jari tengah dengan lanset steril
7.      Mengosokkan darah yang pertama keluar dengan kapas kering
8.      Mengambil darah dengan loop atau micro capiler tube yang tersedia. Jumlah darah yang diambil harus tepat. Pastiakn loop terisi penuh oleh darah
9.      Meneteskan darah tersebut dikotak tempat sample darah. Dengan cara menyentuhkan loop pada kotak untuk darah       ( posisi loop harus vertikal atau tegak lurus)
10.   Kemudian teteskan cairan buffer pada kotak buffer. Jumlah tetesan tergantung jenis RDT (umumnya 4-6 tetes)
11.   Posisi botol buffer tegak lurus
12.   Mendiiamkan dan biarkan darah tercampur dan meresap pada kotak T ( test)
13.   Umumnya hasil dibaca setelah 15 menit ( max sampai 30 m) baca hasil tes ditempat yang terang
14.   Menuliskan hasil tes dekat kotak T (tes atau hasil) dan pada buku laporan tes
15.   Tes tanda garis kontrol berarti tidak valide, tes harus diulangi dengan menggunakan RDT yang baru
16.   Bila telah dilewati 30 menit, hasil tidak boleh dibaca lagi karena sudah tidak valide.
4.  Hasil
Dari hasil praktikum yang di dapat dari pemeriksaan malaria dengan menggunakan RDT (Rapid Diagnostic Test) adalah tidak akurat hal ini karena dari RDT yang digunakan dalam praktikum tersebut adalah sudah kadaluwarsa (Expired) jadi hasil yang didapat tidak akurat. Penggunaan RDT akurat apabila RDT tersebut tidak kadaluwarsa dan tidak dalam keadaan yang rusak. Interpretasi hasil dari RDT dapat dilihat dari muncul atau tidaknya warna pada tes strip tersebut.pada setiap tes yang telah dilakukan warna pada garis kontrol harus muncul, apabila warna pada garis kontrol tidak uncul menandakan bahwa tes tersebut invalid, dan tes harus mengulangi menggunakan alat uji baru. Jika ada dua garis (satu garis di area C dan satu lagi di area 2) berarti hasilnya positif p. Palcifarum, p. Vivax, p. Ovale atau p. Malariae. Jika ada dua garis ( satu garis di area C dan di area 1) berarti hasilnya positif untuk p. Valcifarum. Jika ada tiga garis (garis di area C, di area 1 dan 2) berarti hasilnya positif untuk infeksi campuran p. Falciparum dan lainnya. Dan pada praktikum kali ini hasilnya tidak invalid karena RDT yang digunakan sudah kadaluwarsa.

B.        Pemeriksaan Malaria Dengan Sediaan Darah Tebal dan Tipis
1.  Tujuan
untuk mendeteksi dan mengidentifikasi parasit malaria serta menentukan spesies plasmodium secara mikroskopik.
2.  Persiapan alat dan bahan
Alat :
1.     Tabung okuler
2.     Prisma
3.     Pemutar lensa objek
4.     Lensa objektif
5.     Meja sediaan
6.     Kondesor dan diagfragma
7.     Cermin
8.     Kaki mikroskop atau landasan
9.     Lensa okuler
10.  Pemegang mikroskop
11.  Makrometer
12.  Mikroskop
Bahan :
1.  Darah
2.  Objek gelas
3.  Lanset steril
4.  Kapas
5.  Alkohol 70%
6.  Minyak imersi
7.  Larutan buffer (PH 7,2)
8.  Larutan gimsa (untuk pewarnaan)
9.  Kertas lakmus untuk mengukur PH
3.  Prosedur Kerja
I.    Tahap Prainteraksi
a)  Membaca status pasien
b)  Melakukan verifikasi order yang ada digunakan
c)  Mencuci tangan
d)  Menyiapkan alat 
II.   Tahap Orientasi
a)  Memberi salam, panggil pasien dengan panggilan yang disenangi
b)  Memperkenalkan nama pasien
c)  Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
d)  Menjaga privacy pasien
III. Tahap Kerja
1.  Memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya sebelum tindakan dimulai
2.  Menggunakan sarung tangan
3.  Mengambil sediaan darah manusia
a.  Untuk bahan pemeriksaan yang baik adalah darah dari ujung jari
b.  Bila menggunakan darah vena, sebaiknya darah yang digunakan adalah darah yang belum tercampur dengan anti koagulan (darah yang masih ada dalam spuit). Sediaan darah harus segera dibuang sebelum darah membeku.
c.   Bila menggunakaah dengan anti koagulan harus segera dibuat sediaan darah malaria, karena bila sudah lebih dari  1 jam, jumblah parasit berkurang dan morfologi dapat berubah.
d.  Untuk darah yang dimasukkan ke dalam tabung yang berisi anti koagulan, tabung tersebut harus diisi penuh dengan darah yang akan diperiksa.
4.  Pembuatan sediaan darah malaria
a.   Jenis sediaan darah
Untuk membuat sediaan darah malaria dibuat 2 jenis sediaan darah, yaitu
1.  Sediaan darah tebal
Terdiri dari sejumblah besar sel darah merah yang terhembolisis. Parasit yang ada terkontaminasi pada area yang lebih kecil sehingga akan lebih cepat terlihat dibawah mikroskop.
2.   Sediaan darah tipis
Terdiri dari satu lapisan sel darah merah yang tersebar dan digunakan untuk membantu identifikasi penyakit malaria setelah ditemukan dalam sediaan darah tebal.


b.  Pembuatan sediaan darah
a.  Pegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas.
b.  Pilih jari tengah atau jari manis (pada bayi usia 6-12 bulan darah diambil dari ujung ibu jari kaki dan bayi <6 bulan darah diambil dari tumit).
c.  Bersihkan jari dengan kapas alkohol 70% untuk menghilangkan kotoran dan minyak yang menempel pada jari tersebut.
d.  Setelah kering, jari ditekan agar darah banyak terkumpul diujung jari.
e.  Tusuk bagian ujung jari (agak dipinggir, dekat kuku) secara cepat dengan menggunakan lanset.
f.   Tetes darah pertama yang keluar dibersihkan dengan kapas kering untuk menghilangkan bekuan darah dan sisa alkohol.
g.  Tekan kembali ujung jari sampai darah keluar. Ambil objek glass bersih (pegang objek glass di bagian tepinya). Posisi objek glass berada dibawah jari tersebut.
h. Teteskan 1 tetes kecil darah dibagian tengah objek glass untuk sediaan darah tipis. Selanjutnya 2-3 tetes kecil darah di bagian ujung untuk sediaan darah tebal.
i.   Bersihkan sisa darah di ujung jari dengan kapas.
j.    Letakan objek glass yang berisi tetesan darah diatas meja atau permukaan yang rata.
k.  Untuk membuat sediaan tipis, ambil objek glass baru (objek glass kedua) tetapi bukan cover glass. Tempelkan ujungnya pada tetes darah kecil sampai darah tersebut menyebar sepanjang objek glass.
l.   Dengan sudut 45 derajat geser objek glass tersebut dengan cepat ke arah yang berlawanan dengan tetesan darah tebal, sehingga didapatkan sediaan hapus(seperti bentuk lidah).
m.  Untuk sediaan tebal,ujung objek glass kedua ditempelkan pada ke tiga tetes darah tebal. Darah dibuat homogen dengan cara memutar ujung objek glass searah jarum jam, sehingga terbentuk bulatan dengan diameter 1 cm.
n. Pemberian label/etiket pada bagian ujung objek glass dekat sediaandarah tebal, bisa menggunakan kertas label atau objek glass frosted. Pada label dituliskan kode/inisial nama/tanggal pembuatan
o.  Proses pengeringan sediaan darah harus dilakukan secara perlahan-lahan di tempat yang datar. Tidak dianjurkan menggunanakan lampu (termasuk lampu mikroskop), hair dryer. Hal ini dapat menyebabkan sediaan darah menjadi retak-retak sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kipas angin dapat digunakan untuk mengeringkan sediaan darah.
p.  Selama proses pengerigan, sediaan darah harus dihandarkan dari gangguan serangga (semut, lalat, kecoa, dll), debu, panas, kelembaban yang tinggi dan getaran.
q.  Setelah kering, darah tersebut harus segera diwarnai. Pada keadaan tidak memungkinkan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam sediaan darah harus sudah diwarnai.
c.   Pewarnaan sediaan darah
a.  Sediaan tipis yang sudah kering difikasi dengan methanol. Jangan sampai terkena sediaan darah tebal.
b.  Letakkan pada rak pewarna dengan posisi darah berada di atas
c.  Siapkan 3%  larutan giemsa dengan mencampurkan 3 cc stok giemsa dan 77 cc larutan buffer.
d.  Tuangkan larutan giemsa 3% dari tepi hingga menutupi seluruh permukaan objek glass. Biarkan selama 30-45 menit
e.  Tuangkan air bersih secara perlahan-lahan dari tepi objek glass sampai larutan giemsa yang terbuang menjadi jernih. Angkat dan keringkan sediaan darah. Setelah kering sediaan darah siap diperiksa.
f.   Pada keadaan darurat dapat dipakai pewarnaan cepat dengan perbandingan 2 tetes stok giemsa ditambah 1 ml larutan buffer selama 15 menit. Dalam hal ini pewarnaan standar tetap dilakukan.
1.         Hasil
Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan melalui prosedur kerja yang telah diikuti diatas, tetapi hanya sampai pada pewarnaan dengan giemsa. Hal ini karena di laboratorium sudah disediakan dengan sampel yang positif terdapat parasit malaria. Dan pada saat dilihat di bawah mikroskop hasil yang ditemukan terdapat parasit yaitu jenis plasmodium falciparum. Pada sediaan darah tipis dapat dipilih apabila mengehendaki bentuk parasit yang utuh dan sempurna morfologinya. Sedangkan darah tebal dapat menemukan parasit secara cepat. Namun pada sediaan darah tebal memiliki kelemahan yaitu bentuk parasit yang kurang lengkap morfologinya.





BAB IV
PEMBAHASAN
A.        Pemeriksaan RDT (Rapid Diagnostic Test)
1.  Pembahasan Hasil Praktikum
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dalam pemeriksaan menggunakan RDT tersebut di dapatkan hasil negatif, dilihat dari tanda yang muncul di papan RDT tersebut, namun pemeriksaan tersebut tidak valid dikarenakan papan RDT yang digunakan sudah lewat dari masa pakai alat tersebut. Ini merupakan kesenjangan dari teori yang didapatkan dalam pemeriksaan RDT yakni alat yang dipakai harus dalam keadaan baik atau belum lewat dari masa pakai alat tesebut.
2.  Teori RDT ( Rapid Diagnostic Test )
RDT (Rapid Diagostic Test) dilakukan untuk mendeteksi adanya anti gen plasmodium falciparum atau suatu laktat dehydrogenase yang spesifik pada parasit. Meskipun dipstick test ini dapat meningkatkan kecepatan diagnosis,pemeriksaan mikroskopis tetap menjadi pilihan menentukan penderita dengan dugaan / suspek malaria,karena dipstick test kadang-kadang menunjukkan hasil negatif pada penderitaa malaria dengan parasitemia tinggi.dipsiteck juga menunjukan kepekaan yang rendah sehingga tidak dapat mendeteksi parasit malaria jika titernya kurang dari 100 parasit per mikro liter.
Pemeriksaan PCR untuk genom plasnodium yang spesifik spesies lebih sensitif dan lebih spesifik dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya karena dapat mendeteksi parasit degan titer 10 parasit per mikro liter darah. Deteksi antibodi terutama hanya digunakan pada studi epidemiologi saja dan tidak dimanfaatkan untuk mendiagnosis malaria akut. Karena itu, pemeriksaan apusan darah perifer masih merupakan “gold standart” dalam mendiagnosis malaria dan belum dapat digantiak oleh pemeriksaan- pemeriksaan lainnya.
Pembacaan hasil dari RDT apabila tidak valid maka dapat diulangi kembali, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dari RDT tersebut adalah seperti RDT sudah mengalami kadarluwarsa (expired). RDT yang sudah expired tidak dapat membaca hasil yang akurat.





B.        Pembuatan Sediaan Mikroskopis (Sediaan Darah Tipis dan Darah Tebal)
1.    Pembahasan Hasil Praktikum
Dari hasil praktikum yang dilakukan di bawah mikroskop terdapat parasit di sampel darah yang sudah terinfeksi oleh P. Falciparum. Dan sesuai teori diatas berkaitan dengan hasil yang di dapat. Pada sediaan darah tipis dapat dipilih apabila mengehendaki bentuk parasit yang utuh dan sempurna morfologinya. Sedangkan darah tebal dapat menemukan parasit secara cepat. Namun pada sediaan darah tebal memiliki kelemahan yaitu bentuk parasit yang kurang lengkap morfologinya.
2.    Pemeriksaan Mikroskopik
Pengamatan menggunakan mikroskop sinar terhadap sediaan darah yang pada awalnya diwarnai dengan zat warna Romanovsky, sekarang lebih sering digunakan dengan pewarnaan gimsa. Metode ini sederhana dan mudah dilakukan namun harus dilengkapi saran mikroskop, sarana pembuatan slide, dan  sarana pewarnaan serta harus dikerjakan oleh tenaga yang profesional agar diperoleh diagnosis yang benar.
             i.    Membuat thick smear dan thin smear
Jika memungkinkan buatlah tetes tebal dan hapusan darahtipis pada gelas objek yang berbeda.
a.  Hapusan darah tipis (thin films)
Gelas objek penyebar yang bersih dipegang dengan sudut 45o terhadap tetesan darah yang ada pada pada gelas objek sediaan. Tunggulah sampai darah menyebar sepanjang tepi lebar gelas objek penyebar. Dengan posisi sudut 45o dorong kedepan gelas objek penyebar degan cepat dan hati- hati.
b.  Tetes tebal (thick smear)
Dengan sudut gelas objek yang bersih, buatlah tetesan darah lalu dicamour dan diaduk-aduk selama 20-30 detik, dibuat dalam bentuk bulat dengan garis tengah 1-2 cm. Tetsan darah tidak boleh terlalu tebal (tulisan koran yang ada dibawah tetsan darah masih dibaca). Hapus darah dan tetes tebal ditunggu sampai benar- benar kering sebelum diwarnai. Fiksasi hapusan darh ( thin smear) dengan metanol absolut atau seratus persen dan tunggu sampai benar- benar kering sebelum diwarnai. Tetes tebl tidak perlu difiksasi. Jika hapusan darah dan tetes tebal terdapat pada satu gelas objek, hanya thin smear yang difiksasi.


Berikut perbedaan antara sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis :
No.
Sediaan darah tebal
Sediaan darah tipis
1.
Sediaan darah tebal umumnya dipakai untuk mengetahui ada atau tidaknya parasit.
Sediaan darah tipis digunakan untuk mengetahui spesies parasit penyebab infeksi
2.
Sediaan darah tebal dibuat hanya dengan meneteskan darah pada kaca objek
Sediaan darah tipis dibuat dengan meneteskan darah pada kaca objek, kemudian disebarkan sehingga terbentuk lidah api
3.
Sediaan darah tebal digenangi air atau aquades terlebih dahulu sebelum dilakukan pewarnaan tujuannya untuk melisiskan eritsrosit, sehingga hanya leukosit,, trombosit, dan parasit yang dapat ditemukan dalam sediaan
Sediaan darah tipis tidak perlu digenangani oleh air terlebih dahulu sebelum pewarnaan, karena sediaan darah tipis bertujuan untuk melihat parasit malaria didalam eritrosit, sehingga bisa dibedakan antara eritrosit yang terinfeksi dengan eritrosit yang normal
4.
Sediaan darah tebal lebih efisien atau lebih baik digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya infeksi parasit dengan sensitifitas 11x lebih sensitif dibanding dengan sediaan darah tipis
Difiksasi dengan metanol
5.
Tidak difiksasi dengan metanol
Sediaan darah tipis terutama digunakan untuk mengenali jenis spesies parasit
6.
Sediaan darah tebal terutama digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi dan perkiraan adanya parasit dalam darah
Untuk mngetahui bentuk parasit seperti skizon atau gametosit


BAB V
PENUTUP
A.        KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.  Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dari manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh protozoa parasit (sekelompok mikroorganisme bersel tunggal) dalam tipe Plasmodium.
2.  Pemeriksaan malaria yaitu dengan “Pemeriksaan dengan RDT (Rapid Diagnostic Test) dan Pemeriksaan dengan sediaan darah tebal dan darah tipis”.
3.  RDT (Rapid Diagostic Test) dilakukan untuk mendeteksi adanya anti gen plasmodium falciparum atau suatu laktat dehydrogenase yang spesifik pada parasit.
4.  Sediaan darah tebal digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya parasit sedangkan sediaan darah tipis digunkan untuk mengetahui spesies parasit penyebab infeksi.



B.        SARAN
1.    Jika seseorang telah menderita malaria sebaiknya kita melihat tanda dan gejalanya.
2.    Kedua pemeriksaan tersebut dapat mengidentifikasi malaria hanya saja di perlukan ketelitiaan dalam bekerja.
3.    Penggunaan RDT  efektif dan cepat dalam menentukan plasmodium penyebab malaria hanya saja penggunaannya tidak efektif jika RDT tersebut expired (kadaluwarsa).
4.    Penggunaan sediaan darah tebal dan tipis adalah gold standart dalam menentukan plasmodium malaria dan sangat efektif hanya saja kekurangannya adalah dari ketelitian dalam pengamatannya.








LAMPIRAN
Gambar 1. Plasmodium falciparum dilihat dibawah mikroskop.
IMG20160412125257.jpg












Gambar 2. Alat & bahan praktikum.




Mikroskop electron,
fungsi : untuk melihat dan mengamati objek-objek yang mikroskopis
IMG20160412122152.jpg








RDT (Rapid Diagnostic Test),
Fungsi : alat untuk menguji seseorang menderita malaria
IMG20160412121847.jpg






Larutan Buffer, 
IMG20160412121843.jpgFungsi : untuk menjaga pH dari darah dan menjaga agar darah tidak membeku




Blood Lanset
Fungsi : untuk menusuk jari yang akan diambil darahnya
IMG20160412121653.jpg





Pen Lanset
IMG20160412121839.jpg






Kapas Alkohol
IMG20160412121849.jpgFungsi : untuk desinfektan





Objek Glass
Fungsi : untuk preparet dalam melihat objek di mikroskop
IMG20160412122938.jpg






Pipet





Larutan giemsa
Fungsi : untuk mewarnai sample




Gambar 3. Proses praktikum dengan RDT
IMG20160412121544.jpg





Proses membersihkan jari dengan kapas
IMG20160412121653.jpg





Proses pengambilan darah


                                           

IMG20160412121640.jpg




Proses menaruh darah di RDT
IMG20160412121630.jpg






Proses pada saat menaruh larutan buffer di RDT  





Gambar 4. Proses praktikum dengan Sediaan Darah Tebal dan Darah Tipis
IMG20160412122637.jpg




Gambar ini adalah proses membuat sediaan darah tebal dan darah tipis
IMG20160412122839.jpg




Pewarnaan giemsa untuk mewarnai objek agar mudah diamati di mikroskop
IMG20160412121739.jpg



Proses mengamati sample di mikroskop

DAFTAR PUSTAKA

P.N. Harijanto (Ed), Agung Nugroho (Ed), dan Carta A. Gunawan (Ed).
                                Malaria dari molekuk ke klinis.2012.Penerbit: EGC
Laboratoryinfo.blogspot.com/2015/07/perbedaan-sediaan-darah-tipis-dan-
                                  tebal.html?m=1
http://nae010693.wordpress.com/tag/sediaan-apus-tepi/
Soedarto. MALARIA.2011.Penerbit: Sagung Seto










GLOSARIUM
A
Anopheles.
Genus nyamuk yang beberapa spesies diantaranya dapat menularkan malaria manusia.
Antibody.
Protein serum khusus ( Immunoglobulin atau globulin gamma ) yang dihasilkan oleh limfosit B sebagainrespon terhadap paparan protein asing atau antigen.
Antigen.
Setiap bahan yang merangsang sistem imun untuk membentuk antibodi. Antigen merupakan benda asing, termasuk bagian-bagian dari bakteri, virus atau parasit yang memasuki tubuh.
AMI (annual malaria incidence).
Pengukuran untuk malaria pada suatu daerah.
C
Combo Rapid Test. Untuk mendeteksi infeksi semua spesies plasmodium.



E
Epidemiologi.
Ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Etiologi.
Ilmu yang memepelajri penyebab dan sumber penyakit atau gangguan, faktro-faktor penyebab timbulnya penyakit dan cara penularan kepada hospes.
F
Falciparum. Lihat di plasmodium.
L
Larvae.
Stadium prematur nyamuk yang hidup di air..
M
Malaria.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium, suatu parasit protozoa yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
O
Ovale. Lihat di plasmodium

P
Parasite.
Organisme yang hidup didalam atau pada badan organisme lain yang bertindak sebagai hospesnya dan mengambil seluruh kebutuhan hidupnya dari hospes tersebut. Parasit tidak dapat hidup di luar tubuh hospesnya.
Plasmodium. Genus parasite protozoa yang menyebabkan penyakit malari terdapat 4 spesies yang secara alami menyebabkan penyakit malaria pada manusia, yaitu plasmodum falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae.
R
RDT (Rapid Diagnostic Test).
Alat untuk menguji adanya parasit malaria
S
Single Rapid Test.
Untuk mendeteksi hanya plasmodium Falciparum.
Species.
Organisme yang berbeda dalam suatu genus yang memiliki sifat-sifat khas dan mirip.
V
Vektor.
Suatu organisme misalnya (nyamuk).
Vivax. Lihat di plasmodium


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar