LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN MALARIA DENGAN RDT (RAPID
DIAGNOSTIC TES) SEDIAAN DARAH TIPIS DAN DARAH TEBAL
![](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
OLEH:
JULDI RIVAI
JURUSAN
KEPERAWATAN
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN TERNATE
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit malaria
adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah
tropis dan subtropics. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
betina. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh plasmodium falciparum ( P.
Falciparum). Plasmodium vivax ( P. Vivax), plasmodium ovale (P. Ovale),
plasmodium Malariae ( P. Malariae) dan Palsmodium Knowlesi ( P. Knowlesi ).
Parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak dilaporkan di Indonesia
(Kemenkes, 2012).
Penyakit
malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang
penyebarannya cukup luas di Indonesia terutama di daerah Indonesia bagian
timur. Banyak factor yang menyebabkan terjadinya penularan penyakit malaria,
antara lain pertumbuhan dan pengembangan wilaya sejalan dengan peningkatan
pertumbuhan penduduk; kepadatan penduduk dan kecenderungan migrasi penduduk
dari daerah non edemis ke daerah edemis malaria untuk mencari pekerjaan dan
penghidupan yang lebih layak; mengakibatkan rusaknya wilaya ekologi dan
lingkungan sehingga menyebabkan timbulnya tempat perkrmbangbiakan nyamuk
malaria
Kepentingan untuk
mendapatkan diagnosis yang cepat pada penderita yang di duga menderita malaria
merupakan tantangan untuk mendapatkan uji metode laboratorik yang tepat, cepat,
sensitif, mudah dilakukan, serta ekonomis. Maka dari itu digunakan dengan RDT (
Rapid Diagnostcic Test ) yang memiliki hasil
yang akurat dalam mendiagnosis seseorang menderita malaria dan dengan mudah
menetukan jenis plasmodium. Selain dengan menggunakan RDT dapat dilakukan
dengan membuat sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis. Berdasarkan hal di atas sehingga dilakukannya
pemeriksaan laboratorium.
B.
Tujuan
1.
Tujuan
umum
Untuk mngetahui berbagai
jenis alat da bahan yang digunakan dalam praktikum malaria.
2.
Tujuan
khusus
1. Untuk
mengetahui cara mendeteksi dan mengidentifikasi parsit malaria serta menentukan
spesies plasmodiun secara mikroskopis.
2. Untuk
mengetahui bentuk dari jenis plasmodium falciparum pada sampel preparet yang
disediakan
3. Untuk
mengetahui pemeriksaan malaria dengan menggunakan sediaan darah tipis dan darah
tebal
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Malaria
1. Pengertian
Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh
nyamuk dari manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh protozoa
parasit (sekelompok mikroorganisme
bersel tunggal) dalam tipe Plasmodium. Malaria menyebabkan gejala yang
biasanya termasuk demam, kelelahan, muntah,
dan sakit kepala. Dalam kasus yang parah dapat
menyebabkan kulit kuning, kejang,
koma, atau kematian.
Gejala biasanya muncul sepuluh sampai lima belas hari setelah digigit. Jika
tidak diobati, penyakit mungkin kambuh beberapa bulan kemudian. Pada mereka yang baru selamat dari infeksi,
infeksi ulang biasanya menyebabkan gejala ringan. resistensi parsial ini menghilang selama
beberapa bulan hingga beberapa tahun jika orang tersebut tidak terpapar
terus-menerus dengan malaria.
2. Etiologi
Parasit malaria termasuk dalam genus Plasmodium
(filum Apicomplexa). Pada manusia, malaria disebabkan
oleh P. falciparum, P. malariae, P. ovale,
P. vivax dan P. knowlesi. Di antara mereka yang terinfeksi, P. falciparum
merupakan spesies yang paling umum diidentifikasi (~75%) diikuti oleh P. vivax
(~20%). Meskipun P. falciparum secara tradisional
menyumbang mayoritas kematian, bukti terbaru menunjukkan bahwa malaria P. vivax
terkait dengan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa sekitar sesering dengan
diagnosis infeksi P. falciparum. P. vivax secara
proporsional lebih umum di luar Afrika. Telah didokumentasikan infeksi manusia
oleh beberapa spesies Plasmodium dari kera yang lebih tinggi; namun, kecuali untuk P. knowlesi—spesies zoonotik
yang menyebabkan malaria pada maka
kebanyakan tidak begitu penting bagi kesehatan masyarakat. Pemanasan global
kemungkinan akan mempengaruhi penyebaran malaria, namun tingkat keparahan dan
distribusi geografis dari efek itu tidak pasti.
3. Patofisiologi
Infeksi malaria berkembang melalui dua
tahap: satu yang melibatkan hati (fase eksoeritrositik), dan satu yang
melibatkan sel-sel darah merah, atau eritrosit
(fase eritrositik). Ketika nyamuk yang terinfeksi menembus kulit seseorang
untuk mengambil makan darah, sporozoit dalam air liur nyamuk memasuki aliran
darah dan bermigrasi ke hati di mana mereka menginfeksi hepatosit, bereproduksi
secara aseksual dan tanpa gejala untuk jangka waktu 8-30 hari.
Setelah masa dorman potensial dalam
hati, organisme ini berdiferensiasi untuk menghasilkan ribuan merozoit,
yang, setelah pecahnya sel inang mereka, melarikan diri ke dalam darah dan
menginfeksi sel-sel darah merah untuk memulai tahap eritrositik dari siklus
hidup. Parasit lolos dari hati tidak terdeteksi dengan membungkus dirinya dalam
membran sel
dari sel inang hati yang terinfeksi.
Dalam sel darah merah, parasit
berkembang biak lebih lanjut, secara aseksual lagi, secara berkala keluar dari
sel inang mereka untuk menyerang sel-sel darah merah segar. Beberapa siklus
amplifikasi tersebut terjadi. Dengan demikian, deskripsi klasik gelombang demam
timbul dari gelombang simultan merozoit melarikan diri dan menginfeksi sel-sel
darah merah.
Beberapa sporozoit P. vivax
tidak segera berkembang menjadi merozoit fase-eksoeritrositik, melainkan
menghasilkan hipnozoit yang dorman untuk periode mulai dari beberapa bulan
(7-10 bulan khas) sampai beberapa tahun. Setelah masa dormansi, mereka aktif
kembali dan menghasilkan merozoit. Hipnozoit bertanggung jawab untuk inkubasi
yang panjang dan relapse akhir infeksi P. vivax, meskipun
keberadaannya di P. ovale tidak pasti.
Parasit ini relatif
terlindungi dari serangan sistem kekebalan
tubuh karena pada sebagian besar siklus hidup manusia parasit itu berada di
dalam sel-sel hati dan darah dan relatif tidak terlihat bagi surveilans
kekebalan tubuh. Namun, sel darah yang beredar yang terinfeksi hancur di limpa. Untuk menghindari nasib ini, parasit
P. falciparum menampilkan protein
perekat pada permukaan sel-sel darah yang terinfeksi, menyebabkan sel-sel darah
menempel pada dinding pembuluh darah kecil, sehingga parasit tidak melalui
sirkulasi umum dan limpa. Penyumbatan mikrovaskulatur menyebabkan gejala
seperti malaria plasenta. Sel darah merah bisa menembus penghalang
darah-otak dan
menyebabkan malaria serebral.
4. Manifestasi
Klinik
Manifestasi klinis penyakit malaria sangat khas dengan
adanya serangan demam yang yang intermiten, anemia sekunder dan spenomegali. Penyakit
ini cenderung untuk beralih dari keadaan akut ke keadaan menahun. Selama
stadium akut terdapat masa demam yang intermiten. Selama stadium menahun
berikutnya, terdapat masa laten yang diselingi oleh relaps beberapa kali.
Relaps ini sangat mirip dengan serangan pertama.
Masa tunas dapat berbeda–beda, antara 9 sampai 40
hari, dan ini menggambarkan waktu antara gigitan nyamuk yang mengandung
sporozoit dan permulaan gejala klinis. Selain itu, masa tunas infeksi P.
vivax dapat lebih panjang dari 6 sampai 12 bulan atau lebih. Infeksi P.
malariae dan P. ovale sampai bertahun – tahun. Karena itu di daerah
beriklim dingin infeksi P. vivax yang didapati pada musim panas atau
musim gugur, mungkin tidak menimbulkan penyakit akut sampai musim semi
berikutnya. Malaria klinis dapat terjadi berbulan – bulan setelah obat – obatan
supresif dihentikan. Serangan pertama pada malaria akut terdiri atas beberapa
serangan dalam waktu 2 minggu atau lebih yang diikuti oleh masa laten yang
panjang, dan diselingi oleh relaps pada malaria menahun. Serangan demam ini
berhubungan dengan penghancuran sel darah merah yang progresif, badan menjadi
lemah , dan limpa membesar. Tipe jinak biasanya disebabkan oleh P. vivax,
P. malariae atau P. ovale. Tipe ganas terutama disebabkan oleh P.
falcifarum.
Dalam periode prodromal yang berlangsung satu minggu
atau lebih, yaitu bila jumlah parasit di dalam darah sedang bertambah selama
permulaan siklus aseksual, tidak tampak manifestasi klinis yang dapat
menentukan diagnosis. Gejala dapat berupa perasaan lemas, tidak nafsu makan,
sakit pada tulang dan sendi. Demam tiap hari atau tidak teratur, mungkin sudah
ada. Di daerah non-endemi diagnosis pertama seringkali ialah influenza.
Serangan permulaan atau pertama sangat khas oleh karena adanya serangan demam
intermiten yang berulang – ulang pada waktu berlainan : 48 jam untuk P.
vivax, P. ovale, P falcifarum dan 72 jam untuk P. malariae. Waktu
yang sebenarnya pada berbagai strain P. vivax berbeda – beda dari 43,6
jam sampai 45,1 jam. Serangan mulai dengan stadium dingin atau rigor yang
berlangsung selama kurang lebih satu jam. Pada waktu itu penderita menggigil,
walaupun suhu badannya lebih tinggi dari normal. Kemudian menyusul stadium
panas yang berlangsung lebih lama dan kulit penderita manjadi kering serta
panas, muka menjadi merah, suhu mencapai 39o – 41oC, nadi cepat dan penuh,
kepala pusing, mual, kadang – kadang muntah, dan pada anak kecil timbul kejang
– kejang. Kemudian penderita berkeringat banyak, suhu badan turun, sakit kepala
hilang, dan dalam waktu beberapa jam penderita menjadi lelah. Serangan demam
biasanya berlangsung 8 sampai 12 jam, dan pada infeksi P. falcifarum
berlangsung lebih lama.
Serangan ini sering dianggap disebabkan oleh hemolisis
sel darah merah atau disebabkan oleh syok karena adanya hemoglobin bebas atau
adanya hasil metabolisme. Virulensi sering berhubungan dengan intensitas
parasitemia.
Periodisitas serangan berhubungan dengan berakhirnya
skizogoni, bilamana skizon matang kemudian pecah, merozoit bersama dengan
pigmen dan benda residu keluar dari sel darah merah memasuki aliran darah. Ini
sebenarnya merupakan suatu infeksi protein asing. Pada infeksi akut terdapat
leukositosis sedang dangan granulositosis, tetapi dengan turunnya suhu badan
maka timbul leukopenia dengan monositosis relatif dan limfositosis. Jumlah sel
darah putih sebesar 3000 sampai 45.000 pernah dilaporkan. Pada permulaan
infeksi dapat terjadi trombositopenia jelas, tetapi hal ini bersifat sementara.
Hanya pada beberapa penderita malaria tampak ada
ikterus; hemoglobinuria hanya tampak bila kadar hemoglobin dalam plasma
melampaui ambang ginjal. Pembesaran limpa akut terdapat pada kurang lebih
seperempat jumlah penderita dengan malaria akut. Nyeri di kuadran kiri atas dan
epigastrium mungkin disebabkan oleh meregangnya simpai limpa, atau infark kecil
yang pecah, atau perdarahan dibawah simpai. Fungsi ginjal biasanya tidak
terganggu pada penderita malaria biasa. Sebaliknya nefritis dengan oliguria,
albuminuria hebat, torak noktah, sembab pada seluruh tubuh, protein darah
berkurang, hipertensi sedang, hematuria yang dapat dilihat dengan mata biasa
atau dengan mikroskop dapat terjadi dan dapat menyulitkan diagnosis malaria.
Albumin terdapat pada dalam urin pada kurang lebih 2 persen penderita malaria
akut. Kelainan pada mata yang hebat jarang ditemukan pada infeksi malaria,
tetapi pada serangan akut komplikasi yang sering terjadi ialah sakit kepala dan
sakit di sekitar mata, keratitis dendritika atau herpetika dengan gangguan
berupa fotofobia dan lakrimasi. Pada infeksi P. falcifarum terdapat
perdarahan, uveitis alergik dan sering terjadi herpes labialis.
5. Pemeriksaan
Penunjang
a. Pemeriksaan
Laboratorium
1.
Tetes darah tebal/tipis ditemukan parasit malaria dalam
eritrosit.
2.
Pemeriksaanzserologis
Titer 1 : 64 pada indirect immunofluroscence
Titer 1 : 64 pada indirect immunofluroscence
b. Pemeriksaan
khusus
1. PCR (polymerase chain reaction)
2. ELISA (Enzyme Linked Immonosorben Assay)
3. Radiommunoassay (RIA)
c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat
1.
Hb dan Ht
2.
hitung jumlah lekosit dan trombosit
3.
Kimia darah lain
(gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas darah
4.
EKG
5.
Foto toraks
6.
Analisa cairan cerebrospinal.
7.
Biakan darah dan uji serologi
8.
Urinalisis
9.
Darahzrutin
B. Pemeriksaan Malaria
Pemeriksaan malaria adalah pemeriksaan
laboraturium yang dapat memberikan informasi tentang parasit khususnya genus
plasmodium sebagai penyebab penyakit malaria. Diagnosis malaria di tegakkan
sesudah dilakukan wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium. Diagnosis pasti malaria baru dapat ditegakkan jika pemeriksaan
sediaan darah secara mikroskopis atau uji diagnosis cepat (Rapid Diagnostic
Test = RDT). Jenis pemeriksaan untuk penegakan diagnosis malaria ada beberapa,
namun hinga saat ini metode yang diangggap sebagai standar emas (gold standart)
adalah menemukan parasit plasmodium dalam darah.
C. Pemeriksaan Dengan Rapid Diagnostic Test
(RDT)
Pemeriksaan Tes Diagnostik Cepat
dilakukan berdasar deteksi antigen parasit malaria dengan imunokromatografi dalam bentuk
dipstic. Tes ini digunakan UGD (Unit Gawat Darurat), pada waktu terjadi KLB
(Kejadian Luar Biasa) atau untuk memeriksa malaria di daerah terpencil yang
tidak tersedia sarana laboratorium atau untuk melakukan survei tertentu.
Terdapat
2 jenis Rapid Diagnostic Test yaitu :
a.
Single Rapid Test : untuk mendeteksi hanya plasmodium Falciparum.
b.
Combo Rapid Test : untuk mendeteksi infeksi semua spesies
plasmodium.
Rapid
Diagnostic Test yang digunakan sebaiknya memiliki sensitivity lebih dari 95 %
dan spesificity lebih dari 95 %.
Bahan
rapid test harus di simpan di lemari es (refrigerator) bukan di freezer.
Rapid
Test yang tersedia di pasaran adalah :
a. HRP-2 (Histidine Rich Protein/2) yang
dihasilkan oleh trofozoit, skizon dan gametosit muda plasmodium falciparum.
b. p_LDH (Parasite Lactate Dehydrogenase)
dan Aldolase yan diproduksi parasite bentuk seksual dan aseksual semua spesies
plasmodium.
D. Pemeriksaan Dengan Sediaan Darah Tebal
Dan Darah Tipis
Terhadap sediaan darah tebal dan
sediaan darah tipis dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk menentukan :
1. Adanya parasit malaria
2. Jenis spesies dan stadium parasit
malaria
3. Kepadatan parasit
i. Semi
Kuantitatif
Pemeriksaan kepadatan parasit semi
kuantitatif menunjukkan nilai :
(-)
Negatif : tidak ditemukan parasit pada 100 LPB ( lapangan pandang besar) .
(+)
positif 1 : ditemukan 1-10 parasit per 100 LPB
(++)
Positif 2 : ditemukan 11-100 parasit per 100 LPB
(+++)
Positif 3 : ditemukan 1-10 per 1 LP
(++++)
Positif 4 : ditemukan lebih dari 10 parasit per 1 LPB
ii.
Kuantitatif
Pemeriksaan
kepadatan parasit kuantitatif dilakukan melalui pemeriksaan tetes tebal (per
leukosit) atau sediaan darah tipis (per eritrosit)jumlah parasit dihitung per
mikro liter darah.
Contoh
1
Pada
pemeriksaan darah tebal ditemukan 1000 parasit per 200 leokosit.jika jumlah
leukosit penderita 8.000/ µL,maka jumlah parasit = 8.000/, 200x1000=40.000
parasit per µL.
Contoh
2
Pada
pemeriksaan darah penderita di temukan 100 parasit per 1000 eritrosit atau 10%
jika jumlah eritrosit adalah 500.000,maka hitung parasit adalah 500.000/1000x100=50.000
parasit / µL. Pada pemeriksaan darah penderita tersangka malaria berat harus di
perhatikan :
a) Jika hasil pemeriksaan darah pertama
negatif,darah harus di periksa ulang setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut.
b) Jika pemeriksaan tetes tebal negatif
selama 3 hari berturut-turut, maka diagnosis malaria baru disingkirkan.
BAB
III
HASIL
PRAKTIKUM
A.
Pemeriksaan Dengan RDT (Rapid
Diagnostic Test)
1. Tujuan
Untuk melakukan deteksi
kualitatif cepat HRP2 ( histidine- rich protein 2) malaria (plasmodium
falcifarum) dan pLDH (parasite lactate Dehydrogenase) (plasmodium falcifarum,
plasmoduim vivax, plamodium ovale, dan plasmodium malariae) dalam darah manusia
sebagai alat bantu dalam diagnosis infeksi malaria.
2. Persiapan
Alat
Alat :
a.
Paracheck
plasmodium falcifarum (singgle) atau parascreen combo
b.
Loop
Bahan :
a.
Darah
3-4 tetes
b. Lanset steril
c. Alkohol 70 %
d. Larutan buffer 3-5 tetes
3. Prosedur
kerja
I. Tahap
pra interaksi
1.
Membaca
status pasien
2.
Melakukan
verikasi order yang ada untuk pemeriksan
3.
Mencuci
tangan
4.
Menyiapkan
alat
II. Tahap
orientasi
1.
Memberikan
salam, panggil pasien dengan panggilan yang disenangi
2.
Memperkenalkan
nama pasien
3.
Menjelaskan
prosedur dan tujuan tindakan dan keluarga
4.
Menjagakan
privasi pasien
III.
Tahap kerja
1.
Memberikan
kesempatan pada pasien dan keluarga unutk nbertanya sebelum tindakan dimulai
2.
Menggunakan
sarung tangan
3.
Memeriksa
silica gell dan tulis indentitas pasien
4.
Jari
manis atau jari tengah penderita dibersihkan dengan kapas alkohol 70%
5.
Kemudian
jari diseka kembali dengan kasa steril untuk membersihkan kemungkina adanya
sisa alkohol dijari
6.
Menusuk
jari manis atau jari tengah dengan lanset steril
7.
Mengosokkan
darah yang pertama keluar dengan kapas kering
8.
Mengambil
darah dengan loop atau micro capiler tube yang tersedia. Jumlah darah yang
diambil harus tepat. Pastiakn loop terisi penuh oleh darah
9.
Meneteskan
darah tersebut dikotak tempat sample darah. Dengan cara menyentuhkan loop pada
kotak untuk darah ( posisi loop
harus vertikal atau tegak lurus)
10.
Kemudian
teteskan cairan buffer pada kotak buffer. Jumlah tetesan tergantung jenis RDT
(umumnya 4-6 tetes)
11.
Posisi
botol buffer tegak lurus
12.
Mendiiamkan
dan biarkan darah tercampur dan meresap pada kotak T ( test)
13.
Umumnya
hasil dibaca setelah 15 menit ( max sampai 30 m) baca hasil tes ditempat yang
terang
14.
Menuliskan
hasil tes dekat kotak T (tes atau hasil) dan pada buku laporan tes
15.
Tes
tanda garis kontrol berarti tidak valide, tes harus diulangi dengan menggunakan
RDT yang baru
16.
Bila
telah dilewati 30 menit, hasil tidak boleh dibaca lagi karena sudah tidak
valide.
4. Hasil
Dari hasil praktikum yang
di dapat dari pemeriksaan malaria dengan menggunakan RDT (Rapid Diagnostic
Test) adalah tidak akurat hal ini karena dari RDT yang digunakan dalam
praktikum tersebut adalah sudah kadaluwarsa (Expired) jadi hasil yang didapat tidak akurat. Penggunaan RDT
akurat apabila RDT tersebut tidak kadaluwarsa dan tidak dalam keadaan yang
rusak. Interpretasi hasil dari RDT dapat dilihat dari muncul atau tidaknya
warna pada tes strip tersebut.pada setiap tes yang telah dilakukan warna pada
garis kontrol harus muncul, apabila warna pada garis kontrol tidak uncul
menandakan bahwa tes tersebut invalid, dan tes harus mengulangi menggunakan
alat uji baru. Jika ada dua garis (satu garis di area C dan satu lagi di area
2) berarti hasilnya positif p. Palcifarum, p. Vivax, p. Ovale atau p. Malariae.
Jika ada dua garis ( satu garis di area C dan di area 1) berarti hasilnya
positif untuk p. Valcifarum. Jika ada tiga garis (garis di area C, di area 1
dan 2) berarti hasilnya positif untuk infeksi campuran p. Falciparum dan
lainnya. Dan pada praktikum kali ini hasilnya tidak invalid karena RDT yang
digunakan sudah kadaluwarsa.
B.
Pemeriksaan Malaria Dengan Sediaan
Darah Tebal dan Tipis
1. Tujuan
untuk mendeteksi dan mengidentifikasi
parasit malaria serta menentukan spesies plasmodium secara mikroskopik.
2. Persiapan
alat dan bahan
Alat
:
1.
Tabung
okuler
2.
Prisma
3.
Pemutar
lensa objek
4.
Lensa
objektif
5.
Meja
sediaan
6.
Kondesor
dan diagfragma
7.
Cermin
8.
Kaki
mikroskop atau landasan
9.
Lensa
okuler
10. Pemegang mikroskop
11. Makrometer
12. Mikroskop
Bahan
:
1. Darah
2. Objek gelas
3. Lanset steril
4. Kapas
5. Alkohol 70%
6. Minyak imersi
7. Larutan buffer (PH 7,2)
8. Larutan gimsa (untuk pewarnaan)
9. Kertas lakmus untuk mengukur PH
3. Prosedur
Kerja
I.
Tahap Prainteraksi
a) Membaca status pasien
b) Melakukan verifikasi order yang ada
digunakan
c) Mencuci tangan
d) Menyiapkan alat
II.
Tahap Orientasi
a) Memberi salam, panggil pasien dengan
panggilan yang disenangi
b) Memperkenalkan nama pasien
c) Menjelaskan prosedur dan tujuan
tindakan pada pasien dan keluarga
d) Menjaga privacy pasien
III.
Tahap Kerja
1. Memberi kesempatan pada pasien dan
keluarga untuk bertanya sebelum tindakan dimulai
2. Menggunakan sarung tangan
3. Mengambil sediaan darah manusia
a. Untuk bahan pemeriksaan yang baik
adalah darah dari ujung jari
b. Bila menggunakan darah vena, sebaiknya
darah yang digunakan adalah darah yang belum tercampur dengan anti koagulan
(darah yang masih ada dalam spuit). Sediaan darah harus segera dibuang sebelum
darah membeku.
c. Bila menggunakaah dengan anti koagulan
harus segera dibuat sediaan darah malaria, karena bila sudah lebih dari 1 jam, jumblah parasit berkurang dan
morfologi dapat berubah.
d. Untuk darah yang dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi anti koagulan, tabung tersebut harus diisi penuh dengan
darah yang akan diperiksa.
4. Pembuatan sediaan darah malaria
a.
Jenis sediaan darah
Untuk membuat sediaan darah malaria
dibuat 2 jenis sediaan darah, yaitu
1.
Sediaan darah tebal
Terdiri dari sejumblah besar sel darah
merah yang terhembolisis. Parasit yang ada terkontaminasi pada area yang lebih
kecil sehingga akan lebih cepat terlihat dibawah mikroskop.
2.
Sediaan darah tipis
Terdiri dari satu lapisan sel darah
merah yang tersebar dan digunakan untuk membantu identifikasi penyakit malaria
setelah ditemukan dalam sediaan darah tebal.
b.
Pembuatan sediaan darah
a. Pegang tangan kiri pasien dengan
posisi telapak tangan menghadap ke atas.
b. Pilih jari tengah atau jari manis
(pada bayi usia 6-12 bulan darah diambil dari ujung ibu jari kaki dan bayi
<6 bulan darah diambil dari tumit).
c. Bersihkan jari dengan kapas alkohol
70% untuk menghilangkan kotoran dan minyak yang menempel pada jari tersebut.
d. Setelah kering, jari ditekan agar
darah banyak terkumpul diujung jari.
e. Tusuk bagian ujung jari (agak
dipinggir, dekat kuku) secara cepat dengan menggunakan lanset.
f. Tetes darah pertama yang keluar
dibersihkan dengan kapas kering untuk menghilangkan bekuan darah dan sisa
alkohol.
g. Tekan kembali ujung jari sampai darah
keluar. Ambil objek glass bersih (pegang objek glass di bagian tepinya). Posisi
objek glass berada dibawah jari tersebut.
h. Teteskan 1 tetes kecil darah dibagian
tengah objek glass untuk sediaan darah tipis. Selanjutnya 2-3 tetes kecil darah
di bagian ujung untuk sediaan darah tebal.
i. Bersihkan sisa darah di ujung jari
dengan kapas.
j. Letakan objek glass yang berisi
tetesan darah diatas meja atau permukaan yang rata.
k. Untuk membuat sediaan tipis, ambil
objek glass baru (objek glass kedua) tetapi bukan cover glass. Tempelkan
ujungnya pada tetes darah kecil sampai darah tersebut menyebar sepanjang objek
glass.
l. Dengan sudut 45 derajat geser objek
glass tersebut dengan cepat ke arah yang berlawanan dengan tetesan darah tebal,
sehingga didapatkan sediaan hapus(seperti bentuk lidah).
m. Untuk sediaan tebal,ujung objek glass kedua
ditempelkan pada ke tiga tetes darah tebal. Darah dibuat homogen dengan cara
memutar ujung objek glass searah jarum jam, sehingga terbentuk bulatan dengan
diameter 1 cm.
n. Pemberian label/etiket pada bagian
ujung objek glass dekat sediaandarah tebal, bisa menggunakan kertas label atau
objek glass frosted. Pada label dituliskan kode/inisial nama/tanggal pembuatan
o. Proses pengeringan sediaan darah harus
dilakukan secara perlahan-lahan di tempat yang datar. Tidak dianjurkan
menggunanakan lampu (termasuk lampu mikroskop), hair dryer. Hal ini dapat
menyebabkan sediaan darah menjadi retak-retak sehingga mempengaruhi hasil
pemeriksaan. Kipas angin dapat digunakan untuk mengeringkan sediaan darah.
p. Selama proses pengerigan, sediaan
darah harus dihandarkan dari gangguan serangga (semut, lalat, kecoa, dll),
debu, panas, kelembaban yang tinggi dan getaran.
q. Setelah kering, darah tersebut harus
segera diwarnai. Pada keadaan tidak memungkinkan selambat-lambatnya dalam waktu
24 jam sediaan darah harus sudah diwarnai.
c.
Pewarnaan sediaan darah
a. Sediaan tipis yang sudah kering
difikasi dengan methanol. Jangan sampai terkena sediaan darah tebal.
b. Letakkan pada rak pewarna dengan
posisi darah berada di atas
c. Siapkan 3% larutan giemsa dengan mencampurkan 3 cc stok
giemsa dan 77 cc larutan buffer.
d. Tuangkan larutan giemsa 3% dari tepi
hingga menutupi seluruh permukaan objek glass. Biarkan selama 30-45 menit
e. Tuangkan air bersih secara
perlahan-lahan dari tepi objek glass sampai larutan giemsa yang terbuang
menjadi jernih. Angkat dan keringkan sediaan darah. Setelah kering sediaan
darah siap diperiksa.
f. Pada keadaan darurat dapat dipakai
pewarnaan cepat dengan perbandingan 2 tetes stok giemsa ditambah 1 ml larutan
buffer selama 15 menit. Dalam hal ini pewarnaan standar tetap dilakukan.
1.
Hasil
Dari hasil praktikum yang sudah
dilakukan melalui prosedur kerja yang telah diikuti diatas, tetapi hanya sampai
pada pewarnaan dengan giemsa. Hal ini karena di laboratorium sudah disediakan
dengan sampel yang positif terdapat parasit malaria. Dan pada saat dilihat di
bawah mikroskop hasil yang ditemukan terdapat parasit yaitu jenis plasmodium falciparum.
Pada sediaan darah tipis dapat dipilih apabila mengehendaki bentuk parasit yang
utuh dan sempurna morfologinya. Sedangkan darah tebal dapat menemukan parasit
secara cepat. Namun pada sediaan darah tebal memiliki kelemahan yaitu bentuk
parasit yang kurang lengkap morfologinya.
BAB
IV
PEMBAHASAN
A.
Pemeriksaan RDT (Rapid Diagnostic Test)
1. Pembahasan
Hasil Praktikum
Dari hasil praktikum yang telah
dilakukan dalam pemeriksaan menggunakan RDT tersebut di dapatkan hasil negatif,
dilihat dari tanda yang muncul di papan RDT tersebut, namun pemeriksaan
tersebut tidak valid dikarenakan papan RDT yang digunakan sudah lewat dari masa
pakai alat tersebut. Ini merupakan kesenjangan dari teori yang didapatkan dalam
pemeriksaan RDT yakni alat yang dipakai harus dalam keadaan baik atau belum
lewat dari masa pakai alat tesebut.
2. Teori
RDT ( Rapid Diagnostic Test )
RDT (Rapid Diagostic Test) dilakukan
untuk mendeteksi adanya anti gen plasmodium falciparum atau suatu laktat
dehydrogenase yang spesifik pada parasit. Meskipun dipstick test ini dapat
meningkatkan kecepatan diagnosis,pemeriksaan mikroskopis tetap menjadi pilihan
menentukan penderita dengan dugaan / suspek malaria,karena dipstick test
kadang-kadang menunjukkan hasil negatif pada penderitaa malaria dengan parasitemia
tinggi.dipsiteck juga menunjukan kepekaan yang rendah sehingga tidak dapat
mendeteksi parasit malaria jika titernya kurang dari 100 parasit per mikro
liter.
Pemeriksaan PCR untuk genom plasnodium
yang spesifik spesies lebih sensitif dan lebih spesifik dibandingkan dengan
pemeriksaan lainnya karena dapat mendeteksi parasit degan titer 10 parasit per
mikro liter darah. Deteksi antibodi terutama hanya digunakan pada studi
epidemiologi saja dan tidak dimanfaatkan untuk mendiagnosis malaria akut. Karena
itu, pemeriksaan apusan darah perifer masih merupakan “gold standart” dalam
mendiagnosis malaria dan belum dapat digantiak oleh pemeriksaan- pemeriksaan
lainnya.
Pembacaan hasil dari RDT apabila tidak
valid maka dapat diulangi kembali, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
dari RDT tersebut adalah seperti RDT sudah mengalami kadarluwarsa (expired). RDT yang sudah expired tidak
dapat membaca hasil yang akurat.
B.
Pembuatan Sediaan Mikroskopis (Sediaan
Darah Tipis dan Darah Tebal)
1. Pembahasan
Hasil Praktikum
Dari hasil praktikum yang dilakukan di
bawah mikroskop terdapat parasit di sampel darah yang sudah terinfeksi oleh P. Falciparum. Dan sesuai teori diatas
berkaitan dengan hasil yang di dapat. Pada sediaan darah tipis dapat dipilih
apabila mengehendaki bentuk parasit yang utuh dan sempurna morfologinya.
Sedangkan darah tebal dapat menemukan parasit secara cepat. Namun pada sediaan
darah tebal memiliki kelemahan yaitu bentuk parasit yang kurang lengkap
morfologinya.
2. Pemeriksaan
Mikroskopik
Pengamatan menggunakan mikroskop sinar
terhadap sediaan darah yang pada awalnya diwarnai dengan zat warna Romanovsky,
sekarang lebih sering digunakan dengan pewarnaan gimsa. Metode ini sederhana
dan mudah dilakukan namun harus dilengkapi saran mikroskop, sarana pembuatan
slide, dan sarana pewarnaan serta harus
dikerjakan oleh tenaga yang profesional agar diperoleh diagnosis yang benar.
i. Membuat
thick smear dan thin smear
Jika memungkinkan buatlah
tetes tebal dan hapusan darahtipis pada gelas objek yang berbeda.
a. Hapusan
darah tipis (thin films)
Gelas objek penyebar yang
bersih dipegang dengan sudut 45o terhadap tetesan darah yang ada
pada pada gelas objek sediaan. Tunggulah sampai darah menyebar sepanjang tepi
lebar gelas objek penyebar. Dengan posisi sudut 45o dorong kedepan
gelas objek penyebar degan cepat dan hati- hati.
b. Tetes
tebal (thick smear)
Dengan sudut gelas objek
yang bersih, buatlah tetesan darah lalu dicamour dan diaduk-aduk selama 20-30
detik, dibuat dalam bentuk bulat dengan garis tengah 1-2 cm. Tetsan darah tidak
boleh terlalu tebal (tulisan koran yang ada dibawah tetsan darah masih dibaca).
Hapus darah dan tetes tebal ditunggu sampai benar- benar kering sebelum
diwarnai. Fiksasi hapusan darh ( thin smear) dengan metanol absolut atau
seratus persen dan tunggu sampai benar- benar kering sebelum diwarnai. Tetes
tebl tidak perlu difiksasi. Jika hapusan darah dan tetes tebal terdapat pada
satu gelas objek, hanya thin smear yang difiksasi.
Berikut perbedaan antara sediaan darah
tebal dan sediaan darah tipis :
No.
|
Sediaan
darah tebal
|
Sediaan
darah tipis
|
1.
|
Sediaan darah tebal
umumnya dipakai untuk mengetahui ada atau tidaknya parasit.
|
Sediaan darah tipis
digunakan untuk mengetahui spesies parasit penyebab infeksi
|
2.
|
Sediaan darah tebal dibuat
hanya dengan meneteskan darah pada kaca objek
|
Sediaan darah tipis dibuat
dengan meneteskan darah pada kaca objek, kemudian disebarkan sehingga
terbentuk lidah api
|
3.
|
Sediaan darah tebal
digenangi air atau aquades terlebih dahulu sebelum dilakukan pewarnaan tujuannya
untuk melisiskan eritsrosit, sehingga hanya leukosit,, trombosit, dan parasit
yang dapat ditemukan dalam sediaan
|
Sediaan darah tipis tidak
perlu digenangani oleh air terlebih dahulu sebelum pewarnaan, karena sediaan
darah tipis bertujuan untuk melihat parasit malaria didalam eritrosit,
sehingga bisa dibedakan antara eritrosit yang terinfeksi dengan eritrosit
yang normal
|
4.
|
Sediaan darah tebal lebih
efisien atau lebih baik digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya infeksi
parasit dengan sensitifitas 11x lebih sensitif dibanding dengan sediaan darah
tipis
|
Difiksasi dengan metanol
|
5.
|
Tidak difiksasi dengan
metanol
|
Sediaan darah tipis
terutama digunakan untuk mengenali jenis spesies parasit
|
6.
|
Sediaan darah tebal
terutama digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi dan perkiraan adanya
parasit dalam darah
|
Untuk mngetahui bentuk
parasit seperti skizon atau gametosit
|
BAB
V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa :
1. Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh
nyamuk dari manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh protozoa
parasit (sekelompok mikroorganisme
bersel tunggal) dalam tipe Plasmodium.
2. Pemeriksaan malaria yaitu dengan “Pemeriksaan
dengan RDT (Rapid Diagnostic Test) dan Pemeriksaan dengan sediaan darah tebal
dan darah tipis”.
3. RDT (Rapid Diagostic Test) dilakukan
untuk mendeteksi adanya anti gen plasmodium falciparum atau suatu laktat
dehydrogenase yang spesifik pada parasit.
4. Sediaan darah tebal digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya parasit sedangkan sediaan darah tipis digunkan
untuk mengetahui spesies parasit penyebab infeksi.
B.
SARAN
1. Jika seseorang telah menderita malaria
sebaiknya kita melihat tanda dan gejalanya.
2. Kedua pemeriksaan tersebut dapat
mengidentifikasi malaria hanya saja di perlukan ketelitiaan dalam bekerja.
3. Penggunaan RDT efektif dan cepat dalam menentukan plasmodium
penyebab malaria hanya saja penggunaannya tidak efektif jika RDT tersebut
expired (kadaluwarsa).
4. Penggunaan sediaan darah tebal dan
tipis adalah gold standart dalam menentukan plasmodium malaria dan sangat
efektif hanya saja kekurangannya adalah dari ketelitian dalam pengamatannya.
LAMPIRAN
Gambar 1. Plasmodium falciparum dilihat
dibawah mikroskop.
![IMG20160412125257.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.jpg)
Gambar 2. Alat & bahan praktikum.
![](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.jpg)
Mikroskop electron,
fungsi : untuk melihat dan mengamati
objek-objek yang mikroskopis
![IMG20160412122152.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.jpg)
RDT
(Rapid Diagnostic Test),
Fungsi : alat untuk menguji seseorang
menderita malaria
![IMG20160412121847.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image010.jpg)
Larutan Buffer,
![IMG20160412121843.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image012.jpg)
Blood Lanset
Fungsi : untuk menusuk jari
yang akan diambil darahnya
![IMG20160412121653.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image014.jpg)
Pen Lanset
![IMG20160412121839.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image016.jpg)
Kapas Alkohol
![IMG20160412121849.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image018.jpg)
Objek Glass
Fungsi : untuk preparet
dalam melihat objek di mikroskop
![IMG20160412122938.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image020.jpg)
Pipet
![](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image022.jpg)
Larutan giemsa
Fungsi : untuk mewarnai
sample
Gambar 3. Proses
praktikum dengan RDT
![IMG20160412121544.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image024.jpg)
Proses membersihkan jari
dengan kapas
![IMG20160412121653.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image026.jpg)
Proses pengambilan darah
![IMG20160412121640.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image028.jpg)
Proses menaruh darah di RDT
![IMG20160412121630.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image030.jpg)
Proses pada saat menaruh
larutan buffer di RDT
Gambar
4. Proses praktikum dengan Sediaan Darah Tebal dan Darah Tipis
![IMG20160412122637.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image032.jpg)
Gambar ini adalah proses
membuat sediaan darah tebal dan darah tipis
![IMG20160412122839.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image034.jpg)
Pewarnaan giemsa untuk
mewarnai objek agar mudah diamati di mikroskop
![IMG20160412121739.jpg](file:///C:\Users\Wahyuni\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image036.jpg)
Proses
mengamati sample di mikroskop
DAFTAR
PUSTAKA
P.N.
Harijanto (Ed), Agung Nugroho (Ed), dan Carta A. Gunawan (Ed).
Malaria dari molekuk ke klinis.2012.Penerbit:
EGC
Laboratoryinfo.blogspot.com/2015/07/perbedaan-sediaan-darah-tipis-dan-
tebal.html?m=1
http://nae010693.wordpress.com/tag/sediaan-apus-tepi/
Soedarto.
MALARIA.2011.Penerbit: Sagung Seto
GLOSARIUM
A
Anopheles.
Genus
nyamuk yang beberapa spesies diantaranya dapat menularkan malaria manusia.
Antibody.
Protein
serum khusus ( Immunoglobulin atau globulin gamma ) yang dihasilkan oleh
limfosit B sebagainrespon terhadap paparan protein asing atau antigen.
Antigen.
Setiap
bahan yang merangsang sistem imun untuk membentuk antibodi. Antigen merupakan
benda asing, termasuk bagian-bagian dari bakteri, virus atau parasit yang
memasuki tubuh.
AMI (annual malaria
incidence).
Pengukuran
untuk malaria pada suatu daerah.
C
Combo Rapid Test. Untuk mendeteksi infeksi semua spesies
plasmodium.
E
Epidemiologi.
Ilmu
yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Etiologi.
Ilmu
yang memepelajri penyebab dan sumber penyakit atau gangguan, faktro-faktor
penyebab timbulnya penyakit dan cara penularan kepada hospes.
F
Falciparum. Lihat di plasmodium.
L
Larvae.
Stadium
prematur nyamuk yang hidup di air..
M
Malaria.
Penyakit
infeksi yang disebabkan oleh plasmodium, suatu parasit protozoa yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
O
Ovale. Lihat di plasmodium
P
Parasite.
Organisme
yang hidup didalam atau pada badan organisme lain yang bertindak sebagai
hospesnya dan mengambil seluruh kebutuhan hidupnya dari hospes tersebut. Parasit
tidak dapat hidup di luar tubuh hospesnya.
Plasmodium. Genus parasite protozoa yang
menyebabkan penyakit malari terdapat 4 spesies yang secara alami menyebabkan
penyakit malaria pada manusia, yaitu plasmodum
falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae.
R
RDT (Rapid Diagnostic
Test).
Alat
untuk menguji adanya parasit malaria
S
Single Rapid Test.
Untuk
mendeteksi hanya plasmodium Falciparum.
Species.
Organisme
yang berbeda dalam suatu genus yang memiliki sifat-sifat khas dan mirip.
V
Vektor.
Suatu
organisme misalnya (nyamuk).
Vivax. Lihat di plasmodium